Beranda
gaza israel conflict
incident
israel and the gaza strip
military
NEWS
Media Arab: Dua Tim Spesial Israel Tewas Akibat Ranjau Hamas
Redaksi
Mei 04, 2025

Media Arab: Dua Tim Spesial Israel Tewas Akibat Ranjau Hamas

nois.co.id --.CO.ID, TEL AVIV -- Pasukan elit Israel merasakan nasib buruk setelah ditugaskan untuk menghancurkan terowongan di Gaza. Tim tersebut tidak disangka tersandung ranjau yang dipasang oleh Brigade al-Qassam dari Hamas.

Saat telah masuk ke dalam sebuah terowongan dan memeriksa lingkungan di sekelilingnya, ternyata ranjau yang sudah dipersiapkan pun meledak dengan keras...duar.... Peristiwa ini menyebabkan dua anggota dari satuan khusus meninggal dunia. Beberapa lainnya juga menderita luka-luka.

Beberapa sumber dari Israel melaporkan pada hari Sabtu tentang kematian dua pasukan militer Israel akibat ledakan ranjau di terowongan yang berada di Rafah, wilayah selatan Jalur Gaza, serta setidaknya ada empat orang lagi yang menderita luka-luka.

Referensi itu menunjukkan bahwa keduanya merupakan bagian dari satuan elite "Yahalom" yang fokus pada deteksi dan penghancuran terowongan.

Elias Karam dari Al Jazeera menyampaikan laporan bahwa detail mengenai operasi ini sangat sedikit dikarenakan sensor atas lapangan oleh media sah, namun kenyataan adanya letusan di dalam terowongan mengindikasikan bahwa total korban meninggal atau cidera jauh melebihi angka yang telah diberitahukan.

Tunnel digunakan sebagai strategi pertahanan oleh Hamas saat menghadapi pendudukan Israel. Lewat saluran subtanah tersebut, mereka mampu mencapai penyaluran bantuan dengan sukses.

Di samping itu, terowongan pun digunakan sebagai lokasi persembunyian bagi mereka guna menandai posisi pasukan Israel. Setelah yakin dengan letak tentara Israel tersebut, pasukan Hamas akan meninggalkan terowongan dan melakukan serangan untuk menghancurkan pasukan Israel serta tank-tank militer yang mereka kendarai.

Tentara Israel menewaskan balita di Gaza

Setidaknya 29 penduduk Palestina, termasuk satu anak, meninggal dunia pada hari Sabtu pagi karena serangan-serangan Israel di Wilayah Tepi Barat Gaza. Sumber-sumber medis melaporkan ke Anadolu bahwa ada sepuluh jenazah yang diperoleh dari bangunan runtuh milik keluarga al-Ghattas di kota Gaza pasca serangan udara Israel mendekati waktu subuh. Selain itu, sumber medis juga menyampaikan bahwa sebelas individu telah tewas dan beberapa lainnya terluka saat jet tempur Israel membombardir hunian keluarga Al-Bayram di daerah Khan Younis.

Di wilayah berbeda dalam kota yang sama, seorang anak kecil dari Palestina meninggal dunia saat tentara Israel mengarahkan tembakan mereka ke sebuah tenda yang menjadi penampungan bagi para pengungsi di daerah pinggiran asal Asdaa, sebelah Barat Khan Younis. Dua penduduk lokal Palestina juga dinyatakan telah meregang nyawa pada hari Sabtu akibat serangan militer Israel yang bertujuan untuk area al-Daraj di bagian tengah Kota Gaza.

Terpisah-pisahkan, dua orang warga Palestina menjadi korban tembakan dari pesawat tanpa awak jenis quadcopter milik Israel di dua tempat yang berbeda: salah satunya di Jalur Kashko dalam wilayah Zeitoun, dan lainnya di Qizan Rashwan, dekat dengan Khan Younis bagian selatan.

Pemuda tersebut pun ikut tewas karena cedera parah yang dialaminya beberapa hari sebelumnya saat bom menyasar Sekolah Abu Hamsa, lokasi yang difungsikan sebagai area perlindungan untuk para penduduk sipil yang melarikan diri ke kamp pengungsi Al-Bureij di bagian tengah Gaza.

Pada dua serangan udara berbeda, dua orang Palestin meninggal dunia, salah satunya adalah wanita, saat jet militer Israel meluncurkan serangan ke kemah-kemah di wilayah Al-Mahatta dan Kota Bani Suheila. Kedua lokasi tersebut menjadi tempat perlindungan bagi keluarga pengungsi yang telah dievakuasi karena dampak dari bom-bom sebelumnya.

Beberapa saksi mata melaporkan ke Anadolu bahwa pasukan militer Israel menembaki area seputar pusat Morag, zona perbatasan penting antara Rafah dan Khan Younis di bagian selatan wilayah tersebut. Sebanyak lebih dari 52.400 orang warga Palestina sudah menjadi korban jiwa di Gaza karena serangan keras Israel mulai bulan Oktober tahun 2023, dengan mayoritas di antara mereka adalah wanita dan anak-anak.

Pengadilan Kriminal Internasional bulan November kemarin menerbitkan warrant tangkap untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu serta bekas Menteri Pertahanannya Yoav Gallant karena dituduh melakukan pelanggaran perang dan kekejaman terhadap manusia di Gaza. Di samping itu, Israel juga berurusan dengan tuduhan genocide yang diajukan oleh Pengadilan Internasional berkaitan dengan konflik mereka di wilayah tersebut.

Anak-anak terancam kematian

Direktur Eksekutif UNICEF untuk Anak-Anak PBB, Catherine Russell, mengungkapkan kekhawatirannya secara mendalam pada hari Jumat (2/5) tentang peningkatan keterpurukan situasi anak-anak di Gaza akibat larangan bantuan internasional yang berkelanjutan dari pihak Israel.

“Selama dua bulan terakhir, anak-anak di Jalur Gaza menghadapi gempuran tanpa henti, dan kehilangan akses terhadap kebutuhan pokok, layanan dasar, dan perawatan yang menyelamatkan nyawa," kata Russell.

"Setiap hari berlalu di tengah blokade bantuan, membuat mereka semakin terancam kelaparan, penyakit, dan kematian -- tak ada yang bisa membenarkan ini,” katanya melanjutkan.

Russell menggarisbawahi berbagai kesulitan signifikan yang tengah dialami oleh rumah tangga-rumah tangga di Gaza, termasuk kerusakan lahan pertanian, pembatasan akses ke perairan, serta kurangnya pasokan makanan dan air minum yang layak.

"Toko roti tertutup, produksi air berkurang, dan etalase di pasar pun hampir kosong. Bantuan humaniter yang telah diberikan sebelumnya adalah harapan terakhir untuk para anak-anak, namun persediaannya kini sudah mendekati batas akhir," katanya.

Berdasarkan laporan Badan PBB itu, lebih dari tiga perempat rumah tangga di Gaza mengungkapkan bahwa mereka kehilangan akses yang memadai terhadap sumber air bersih.

"Mereka kekurangan air untuk minum, tidak dapat membersihkan tangan ketika diperlukan, dan sering dihadapkan pada pilihan antara mandi, membersihkan rumah, atau memasak," jelas Russell.

UNICEF juga mengingatkan akan penyebaran penyakit yang kian pesat serta tingginya kasus kekurangan gizi, terlebih pada balita berumur kurang dari lima tahun.

"Stok vaksin semakin berkurang sementara penyakit mulai merebak -- terutama diare akut berair, yang saat ini menduduki posisi sebagai satu dari empat kasus penyakit yang direkam di Gaza. Mayoritas korban adalah balita di bawah usia lima tahun, kelompok yang sangat rentan mengalami risiko meninggal," katanya.

"Jumlah kasus kekurangan gizi pun semakin bertambah. Sejak awal tahun, lebih dari 9.000 anak sudah mendapatkan perawatan karena mengidap kekurangan gizi parah," lanjut Russell.

Pemimpin UNICEF tersebut sekali lagi menyerukan untuk mengakhiri embargo bantuan dari Israel dan memulihkan akses humaniter.

"Kami sekali lagi meminta untuk mengakhiri blokade bantuan, supaya barang-barang komersial diperbolehkan masuk ke Gaza, tahanan dilepaskan, serta seluruh anak-anak mendapatkan perlindungan," tandasnya.

Mulai tanggal 2 Maret, Israel menutup semua jalur masuk ke Gaza, mencegah suplai barang-barang penting masuk ke daerah itu, walaupun ada beberapa laporan yang mencatat potensi krisis pangan di sana.

Militer Israel kembali menyerang Gaza pada tanggal 18 Maret, mengakhiri kesepakatan gencatan senjata serta pertukaran tawanan yang sebelumnya disetujui dengan gerakan perlawanan Palestina, Hamas, pada 19 Januari.

Sejak Oktober 2023, lebih dari 52.000 orang Palestina dikabarkan telah meninggal dunia karena serangan yang dilancarkan Israel di daerah itu.

Penulis blog

Tidak ada komentar