Beranda
culture
NEWS
self esteem
social issues
society
Orang-Orang yang Tak Henti-hentinya Mencari Pujian Seringkali Dihantui oleh 9 Ketakutan Utama Ini, Kata Psikolog
Redaksi
Mei 05, 2025

Orang-Orang yang Tak Henti-hentinya Mencari Pujian Seringkali Dihantui oleh 9 Ketakutan Utama Ini, Kata Psikolog

nois.co.id -- Dalam dunia yang dipenuhi oleh validasi digital dan apresiasi sosial yang instan, semakin banyak orang tampak terobsesi untuk mendapatkan pujian.

Mereka memposting pencapaian di media sosial, berbicara terus-menerus tentang kesuksesan pribadi, atau bahkan memaksakan diri agar terlihat sempurna di hadapan orang lain.

Tapi menurut psikologi, di balik pencarian pujian yang tak henti-hentinya ini, sering tersembunyi ketakutan mendasar yang jarang disadari oleh pelakunya sendiri.

Dilansir dari Small Biz Technology pada Minggu (4/5), terdapat 9 ketakutan mendalam yang sering dimiliki oleh orang-orang yang terus-menerus mencari pujian menurut para psikolog:

1. Takut Tidak Dicintai

Ketakutan akan penolakan atau tidak dicintai adalah salah satu alasan utama mengapa seseorang mendambakan pujian.

Mereka mengaitkan penerimaan dan kasih sayang dengan validasi eksternal.

Bagi mereka, pujian bukan hanya penghargaan, tetapi bukti bahwa mereka layak dicintai.

“Jika orang-orang memujiku, berarti mereka menyukaiku.”

Mereka merasa hampa dan kurang bernilai tanpa pengakuan.

2. Rasa takut tidak cukup baik

Di belakang prestasi luar biasa serta rasa kepercayaan diri yang mereka tunjukkan, banyak pencari pujian justru sedang berperang dengan perasaan kurang bernilai.

Mereka merasa harus terus-menerus membuktikan diri kepada orang lain — dan, secara tidak langsung, kepada diri sendiri.

Mereka percaya bahwa nilai mereka ditentukan oleh seberapa sering mereka diakui oleh orang lain.

3. Takut Diabaikan

Orang yang selalu mencari pujian sering kali memiliki ketakutan mendalam akan menjadi "tidak terlihat".

Mereka menginginkan untuk mendapat perhatian karena percaya bahwa diabaikan setara dengan tidak ada artinya.

Kata-kata pujian digunakan agar mereka tetap diingat dan dipandang dengan serius.

4. Takut Gagal

Parahnya, mereka yang tampak amat berhasil dan selalu mengharapkan penghargaan justru kerapkali merasakan rasa takut akan gagal dengan sangat intens.

Mereka mengejar pujian seperti sebuah "perlindungan" atau alasan, dikarenakan kekhawatiran bila mereka mengalami kegagalan tanpa adanya pujian, nantinya mereka akan dipandang sebelah mata dan dirasakan kurang bernilai.

Mereka cenderung lebih khawatir dengan bagaimana orang lain melihat kegagalan mereka dibandingkan dengan kegagalan tersebut secara langsung.

5. Takut Dianggap Lemah

Sebagian orang mengejar pujian agar tampak kuat dan tidak mudah rapuh di mata orang lain.

Tepuk tangan dari publik membentuk gambaran mereka sebagai figur yang tangguh, luar biasa, dan tanpa cela.

Ketika orang lain mengakui kekuatan mereka, itu membantu menutupi ketakutan akan kelemahan yang mereka simpan rapat-rapat.

6. Ketakutan Terhadap Penolakan Sosial

Ketergantungan pada pujian juga bisa muncul dari rasa takut ditolak oleh kelompok sosial.

Mereka berusaha keras agar disukai oleh semua orang, bahkan dengan mengorbankan jati diri.

Pujian menjadi alat untuk menjaga tempat mereka di dalam komunitas.

“Kalau orang tidak memuji aku, berarti aku tidak cukup baik untuk berada di sini.”

7. Takut Tidak Memiliki Identitas yang Jelas

Sebagian orang belum mengetahui identitas asli mereka.

Mereka membangun gambaran tentang dirinya sendiri sesuai dengan cara pandang orang lain terhadap mereka.

Pada keadaan seperti itu, puji-pujian berfungsi sebagai cermin di mana mereka membentuk dan mengakui jati diri mereka.

Mereka tanpa pujian pun merasa hilang arah dan tujuan dalam hidup.

8. Takut Tidak Berarti

Seseorang yang selalu mengejar pengakuan dari luar biasanya mengalami kekosongan di dalam dirinya.

Pujian memberi mereka rasa berarti, meski hanya sementara. Ini adalah bentuk pengalihan dari ketakutan eksistensial: bahwa hidup mereka tidak memiliki dampak atau kontribusi yang penting.

9. Takut Menghadapi Diri Sendiri

Pujian bisa menjadi pelarian dari keharusan menghadapi kekurangan dan luka batin yang belum sembuh.

Terus menerus memusatkan perhatian pada pandangan oranglain, membuat mereka enggan berdialog dengan dirinya sendiri.

Saat tidak mendapat puja dan rasa hormat, mereka terpaksa menghadapi perasaan hampa, malu, atau trauma dari masa lalu—sesuatu yang amat mereka khawatirkan.

Kesimpulan: Verifikasi Internal versus Verifikasi Eksternal

Tidak ada yang salah dengan pencarian pengakuan.

Apresiasi dapat berperan sebagai wujud komunikasi sosial yang positif.

Tetapi, apabila seseorang mulai bergantung secara berlebihan pada hal tersebut, ini mungkin menandakan ada trauma emosional yang cukup serius.

Berdasarkan ilmu psikologi, rahasia untuk mengakhiri pola mencari pujian ada pada pembentukan penghargaan diri sendiri: kapabilitas untuk merasa puas, dihargai, serta memiliki makna tanpa perlu selalu menerima sanjungan dari orang lain.

Ini melibatkan kerja keras emosional, refleksi diri, dan kadang-kadang bantuan profesional — tetapi hasilnya adalah kebebasan sejati dari rasa takut yang tak terlihat namun mengendalikan.

Penulis blog

Tidak ada komentar