NOIS.CO.ID, WAJO — Wakil Bupati Wajo, dr. H. Baso Rahmanuddin Makkaraka, MM, M.Kes, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjaga citra Kabupaten Wajo sebagai Kota Santri dan merawat marwah Pondok Pesantren As’adiyah sebagai salah satu pondok pesantren tertua dan terbesar di Indonesia Timur.
Ajakan ini disampaikan Wabup menjelang pelaksanaan Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Tingkat Internasional, yang rencananya akan digelar di Kabupaten Wajo pada Oktober 2025. Kegiatan ini merupakan agenda prestisius yang dipercayakan langsung oleh Kementerian Agama RI kepada Kabupaten Wajo sebagai tuan rumah.
“Penting bagi kita semua untuk menjaga lingkungan yang kondusif, aman, nyaman, dan agamis agar para tamu yang datang nantinya merasakan suasana religius dan membawa kesan positif tentang Wajo sebagai Kota Santri,” ujar Wabup, Sabtu (11/7/2025).
Sebagai Ketua DPC Partai Golkar Kabupaten Wajo, dr. Baso Rahmanuddin juga menekankan pentingnya membangun sinergi dan kebersamaan antara pemerintah daerah, stakeholder, tokoh agama, pemuda, dan masyarakat dalam menyukseskan kegiatan MQK Internasional yang akan datang.
Ia mengingatkan bahwa Ketua Umum Pondok Pesantren As’adiyah, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, saat ini juga menjabat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia, sebuah kehormatan besar bagi masyarakat Wajo.
“Kita harus jaga nama baik beliau. Ini anugerah dan kebanggaan bagi Wajo. Sebagai bentuk syukur, mari kita tunjukkan komitmen kuat menciptakan suasana yang mendukung kesuksesan MQK Internasional di tanah kita sendiri,” tegasnya.
Menurutnya, citra Wajo sebagai Kota Santri bukanlah predikat instan, melainkan tumbuh dari sejarah panjang peradaban Islam dan pendidikan pesantren yang mengakar kuat di tengah masyarakat.“Citra itu adalah warisan mulia yang harus kita rawat. Bukan hanya dalam nama, tetapi juga dalam sikap, kebijakan, dan perilaku kita sehari-hari,” ucapnya dengan penuh makna.
Wabup yang akrab disapa DBR itu menambahkan, di tengah derasnya arus modernisasi, nilai-nilai keagamaan dan kearifan lokal harus tetap dijaga sebagai fondasi utama kehidupan bermasyarakat. Ia menegaskan, santri tidak hanya mereka yang tinggal di pesantren, tetapi siapa pun yang menjunjung tinggi adab, ilmu, dan kejujuran.
Menutup pernyataannya, DBR menyentil keberadaan tempat hiburan malam (THM) yang tidak menaati aturan, dan menilai bahwa hal tersebut bisa mencederai nilai-nilai religius yang dijunjung masyarakat Wajo.“Keberadaan THM yang melanggar ketentuan harus menjadi keprihatinan bersama. Kita harus berani menindak tegas jika ada yang tidak patuh terhadap aturan, terutama terkait jam operasional dan jenis izin usahanya,” tegasnya.
Ia pun mengajak seluruh pihak untuk menjadi bagian dari penjaga nilai-nilai keislaman yang menjadi jati diri Wajo.“Wajo bukan hanya tempat. Ia adalah nilai. Dan menjaga nilainya adalah tanggung jawab kita bersama,” tutup DBR.(ADV)
Tidak ada komentar