Beranda
berita
kesehatan
kesehatan masyarakat
penyakit
perawatan kesehatan dan kedokteran
Flu Singapura Pada Orang Dewasa Bisa Menyebabkan Komplikasi Parah
Redaksi
Agustus 06, 2025

Flu Singapura Pada Orang Dewasa Bisa Menyebabkan Komplikasi Parah

Laporan Wartawan NOIS.CO.ID, Aisyah Nursyamsi

NOIS.CO.ID, JAKARTA –Flu Singapura atau secara medis dikenal sebagai Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (HFMD) selama ini lebih banyak dikaitkan dengan penyakit anak-anak.

Namun ternyata, kelompok usia yang dapat terinfeksi virus ini jauh lebih luas.

Istilah Flu Singapura ini muncul karena penyakit ini pertama kali diidentifikasi di Singapura pada tahun 1970, dan pernah menjadi wabah besar di sana pada tahun 2000.

Seorang dokter spesialis anak dari RSUP Surakarta, dr. Fatimah Mayasari, Sp.A menjelaskan bahwa meskipun sebagian besar kasus menyerang anak di bawah lima tahun, tidak menutup kemungkinan anak usia sekolah dan bahkan orang dewasa juga bisa tertular.

Di kalangan kelompok yang rentan, infeksi HFMD memang terjadi dari bayi hingga usia 5 tahun.

"Tetapi tidak menutup kemungkinan anak-anak hingga usia 10 tahun bahkan pada orang dewasa dapat terinfeksi oleh virus ini," kata Dr. Fatimah dalam Healthy Talk "Jangan Anggap Sepele Flu Singapura pada Anak" yang tayang di YouTube Tribunnews dan Tribun Health pada Senin (4/8/2025).

 

Flu Singapura Pada Orang Dewasa Muncul Tanpa Gejala

Yang lebih mengkhawatirkan, pada orang dewasa, HFMD sering muncul tanpa gejala (asimptomatik).

Namun kondisi ini tidak berarti tidak berbahaya, karena tetap dapat menularkan virus kepada anak-anak atau kelompok rentan lainnya.

Dalam situasi seperti ini, orang dewasa menjadi pembawa virus penyebab penyakit secara diam-diam.

"Orang dewasa bisa menunjukkan gejala atau tidak bergejala, tetapi mereka dapat menularkan atau menjadi pembawa virus ini sehingga dapat menyebar kepada orang lain," tegas Dr. Fatimah.

Dibandingkan flu biasa, HFMD memiliki pola gejala yang khas.

Penyakit ini biasanya dimulai dengan demam dan rasa tidak nyaman pada tubuh, seperti nyeri atau sakit otot.

Selama 1–2 hari setelah demam, akan muncul bintik-bintik kemerahan di area mulut (terutama langit-langit dan tenggorokan).

Kemudian, bisa menjadi luka berair yang menyakitkan. Setelah itu, muncul ruam atau benjolan di tangan dan kaki, serta bisa menyebar ke bagian tubuh lain seperti pantat, lipatan paha, bahkan lengan dan tungkai.

Namun tidak semua ruam pada kulit akan pecah. Ada yang tetap berbentuk bintik merah utuh (intak) dan ada juga yang melepuh. Tingkat keparahan gejala sangat bervariasi antar individu.

"HFMD biasanya memang memiliki gejala ringan. Namun, bisa juga menyebar ke area lainnya. Bahkan HFMD ini dapat menyebabkan komplikasi yang berat," ujar dr. Fatimah.

Komplikasi tersebut bukanlah hal yang sepele. Dalam beberapa kasus, HFMD dapat menyebabkan kejang, kelumpuhan, meningitis, dan radang otak (ensefalitis).

Bahkan kegagalan jantung dan paru. Karena itu, meskipun sebagian besar kasus sembuh sendiri, kewaspadaan tetap sangat penting.

PHBS Jadi Kunci Pencegahan

Untuk mencegah penularan, Dr. Fatimah menyarankan agar anak-anak yang sedang mengalami gejala tidak masuk sekolah hingga hari ke-7 minimal sejak gejala pertama muncul, guna mencegah penyebaran.

Selain itu, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diterapkan di rumah, sekolah, maupun tempat penitipan anak.

Salah satu langkah sederhana namun sangat penting adalah membiasakan mencuci tangan dengan sabun, terutama setelah buang air, sebelum makan, dan setelah bermain.

Orang dewasa yang sedang batuk atau pilek juga disarankan untuk menutup mulut saat bersin dan segera mencuci tangan.

Anak-anak perlu diajari untuk tidak menyentuh wajah sebelum mencuci tangan, dan tidak berbagi alat makan dengan teman.

Meskipun HFMD banyak ditemukan pada anak-anak dan biasanya ringan, risiko penyebaran yang cepat dan kemungkinan komplikasi berat membuat penyakit ini perlu diwaspadai oleh semua kalangan.

Penulis blog

Tidak ada komentar