JURNAL GAYA- Hujan yang mengguyur venue perhelatan Coklat Kita Napak Jagat Pasundan 2025 tidak mampu meredam gegap gempita yang memancar dari panggung megah acara budaya terbesar di Pangandaran tersebut.
Di tengah cuaca yang indah, para penggemar pergelaran Coklat Kita Napak Jagat Pasundan 2025 tetap memadati Lapang Emerson Grand Pangandaran, pada Sabtu, 15 November 2025, mulai pukul 15.00 WIB hingga selesai.
Dengan mengusung tema Ngaruat Jagat, serta dalam rangka Milangkala Ke-13 Pangandaran, acara ini menghadirkan deretan seniman lintas generasi seperti Doel Sumbang, Bungsu Bandung, Ega Robot, Ohang, Aep Bancet, Nayaga NJP, hingga pedalang Bhatara Sena Sunandar. Tidak hanya itu saja, panggung ini pun semakin meriah dengan partisipasi berbagai sanggar, paguron, dan lingkungan seni Jawa Barat.
Tidak hanya sekadar menampilkan pertunjukan, Napak Jagat Pasundan2025 juga menjadi ruang pemersatu budaya yang menegaskan identitas Pasundan di tengah arus modernitas.
Hujan deras justru menciptakan suasana dramatis yang memperkuat kesan hormat terhadap tema besar Ngaruat Jagat, sebuah ajakan untuk kembali menyelaraskan diri dengan alam dan menghormati warisan leluhur. Hiasan bambu, motif etnik, hingga tata panggung yang bernuansa bumi semakin memperkaya pengalaman visual para pengunjung.
Acara megah ini merupakan titik akhir dari perjalanan budaya yang dimulai sejak Juni melalui program NJP Gunem Catur, tur silaturahmi ke sanggar, paguron, serta lingkungan seni di 14 kabupaten/kota Jawa Barat dalam 15 titik kegiatan. Daerah yang dikunjungi mencakup Purwakarta, Garut, Sumedang, Majalengka, Cirebon, Subang, Tasikmalaya, Cianjur, Bandung Barat, Bandung, Banjar hingga Bandung Timur.
Perwakilan Coklat Kita Marketing Service RSO Bandung, Michael Simbar atau akrab disapa Jack, menjelaskan bahwa rangkaian NJP 2025 hadir sebagai bentuk apresiasi besar terhadap para pelaku seni tradisi di Jawa Barat.
"Rangkaian ini berakhir dengan pertunjukan di setiap kota sebelum akhirnya Pangandaran terpilih sebagai puncak, yang menghadirkan 360 seniman terpilih yang mewakili daerah masing-masing," kata Jack saat diwawancarai di Lapangan Emerson Grand Pangandaran, Sabtu (15/11/2025).
Menurut Jack, hampir 150 komunitas terlibat dalam fase Kamonesan NJP, yaitu periode penyusunan karya lintas komunitas yang menggabungkan nuansa etnis dan sentuhan modern tanpa meninggalkan akar tradisi. Setiap wilayah menyajikan karya baru yang diracik khusus untuk Ngaruat Jagat, menjadikan panggung utama di Pangandaran sebagai gambaran harmoni Jawa Barat yang sebenarnya.
Pangandaran sebagai Tema Besar 2025
Perwakilan Six Creative Communication (6CC), Yoga, menegaskan bahwa puncak NJP 2025 dirancang sebagai kolaborasi budaya skala besar yang memusatkan semua karya pada identitas Pangandaran.
"Semua karya tahun 2025 mengangkat tema Pangandaran. Kami ingin menunjukkan bahwa seniman Jawa Barat saling mendukung tanpa batas daerah," ujar Yoga.
Untuk mengakomodasi ratusan seniman, pihaknya menyiapkan panggung yang sangat besar dengan ukuran 12 x 16 meter dengan ekstensi lidah panggung hingga 12 meter. Seluruh tampilan diperkuat oleh sistem pencahayaan LED berdaya 50.000 watt, visual panggung bertema, serta pengaturan teknis yang dimulai sejak 9 November dengan proses loading dan uji coba penuh sehari.
"Kebutuhannya berbeda dari tahun sebelumnya karena ini bukan karya satu sanggar, tetapi penggabungan banyak sanggar sekaligus," tambah Yoga.
Doel Sumang Kembali ke Rumah Kreatifnya
Salah satu momen paling ditunggu adalah kembalinya musisi legendaris Doel Sumbang ke panggung NJP setelah beberapa tahun absen. Doel tampil penuh energi dengan sejumlah hits yang kembali viral di era media sosial.
"Bagi saya, NJP selalu menyenangkan. Panggungnya luar biasa, pencahayaan dan suara disusun dengan sangat serius. Dan lokasinya adalah favorit saya, Pangandaran. Banyak lagu lahir dari tempat ini," kata Doel.
Ia juga mengungkap betapa media sosial memiliki dampak besar dalam menghidupkan kembali karya-karyanya. Lagu-lagu lawas seperti AI, Linu, Runtah hingga Teteh, kembali viral setelah puluhan tahun melalui TikTok dan YouTube.
"Sekarang media sosial sangat kuat. Lagu kita bisa menjadi hits atau tidak ditentukan oleh siapa pun kecuali oleh netizen," katanya.
Doel juga bercerita bahwa ia membiarkan masyarakat menggunakan lagunya di media sosial tanpa bayaran, selama tidak diperjualbelikan secara fisik. Menurutnya, semakin banyak yang memakai, semakin besar manfaat ekonominya bagi para kreator musik.
Sementara itu, Bupati Pangandaran, Citra Pitriyami, menegaskan bahwa NJP bukan hanya festival budaya, tetapi jembatan antara generasi muda dengan seni tradisi.
"Anak-anak muda hidup di era digital, tetapi mereka harus tahu bahwa kita memiliki kekayaan seni tradisional. Pagelaran ini bukan hanya hiburan, tetapi panduan untuk menjaga budaya kita bersama," kata Citra.
Ia berharap NJP menjadi agenda rutin di Pangandaran, sebagai ruang tumbuhnya kreativitas lokal dan penguatan identitas daerah.
Kembali dengan Skala yang Lebih Besar
Jack menegaskan bahwa setelah beberapa tahun vakum, Coklat Kita Napak Jagat Pasundan kembali dengan pembaruan yang lebih matang. Meski kegiatan budaya tingkat sanggar tetap berjalan selama masa jeda, NJP 2025 muncul kembali sebagai gelaran terbesar sejak 2022.
"Kami tetap menjalankan aktivitas budaya. Tahun ini kami mengembalikan acara NJP dengan skala besar sebagai bentuk apresiasi kepada para seniman Jawa Barat," jelas Jack.
NJP 2025 benar-benar menjadi perpaduan berbagai elemen: musik, tari, teater, seni visual, tradisi Sunda, hingga sentuhan budaya populer yang mampu menyentuh generasi muda. Dengan menghadirkan 360 seniman terpilih, panggung raksasa, serta dukungan teknis kelas festival nasional, Ngaruat Jagat menjadi perayaan budaya Jawa Barat yang paling monumental tahun ini.
"Karnaval Dunia yang menghadirkan perpaduan antara tradisi dan kreativitas modern, sekaligus menjadi ruang untuk merayakan identitas Jawa Barat secara kolektif," tutup Jack. ***
Redaksi
Tidak ada komentar