
NOIS.CO.ID -- – Ada sifat khas pada individu dengan jumlah sahabat terbatas walaupun mereka adalah tipe orang yang benar-benar baik.
Hal ini bukan disebabkan oleh sifat mereka yang tertutup atau kurang bersahabat, tetapi justru tingkah laku-hal tersebut kerap kali menghambat terbentuknya banyak ikatan pertemanan dengan orang lain.
Dengan memahami kebiasaan ini bukan berarti ingin menyalahkan atau mencaci, melainkan demi menyelidiki tingkah laku khas yang mereka perlihatkan.
Maka bisa jadi kita aplikasikan dalam kehidupan pribadi atau cara berinteraksi dengan teman-teman kita. Tambahan lagi, banyak dari tingkah laku tersebut sama sekali tak membawa dampak negatif bagi siapa pun, malah menghasilkan ikatan sosial yang lebih mendalam serta abadi.
Menurut laporan dari Parent From Heart, berikut ini adalah tujuh tindakan tidak langsung yang dilakukan oleh orang-orang dengan jumlah teman terbatas walaupun mereka selalu bersikap baik pada semua orang.
1. Mengutamakan mutu atas jumlah
Orang yang tidak memiliki banyak teman dekat seringkali lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas dalam hal apapun.
Untuk mereka, hal utama bukanlah soal memiliki lingkaran pertemanan yang luas, melainkan lebih kepada menjaga relasi yang erat dan berarti.
Mereka lebih suka membangun percakapan yang mendorong pemahaman emosional daripada obrolan ringan dengan banyak orang sekaligus.
Mereka tumbuh dalam lingkungan satu atau beberapa grup kecil tempat mereka bisa berinteraksi dengan mendalam dan saling mengerti.
Mereka mungkin tampak bersikap pilih-pilih atau cuek, namun sebenarnya hal tersebut hanya strategi mereka untuk mengonfirmasi bahwa sumber daya emosionalnya digunakan pada ikatan yang sungguh-sungguh penting bagi dirinya.
Jadi, hal ini tidak berkaitan dengan rasa canggung atau malu saat berinteraksi social. Yang dimaksud hanyalah bagaimana memahami pertemuan antar manusia, melalui penghargaan terhadap persahabatan-persahabatan kecil namun memiliki makna besar.
2. Menghargai kesendirian
Orang dengan pergaulan terbatas umumnya memandang nilai kemandirian yang sunyi dengan penghargaan.
Bukan disebabkan oleh isolasi atau ketidaksesuaian dengan orang lain, hal ini justru terjadi karena kegemaran pada momen-momen damai yang diberikan oleh kemandirian.
Bisa jadi mereka akan menikmati waktu berlama-lama membaca buku atau menjalankan hobinya secara mandiri di dalam kamar atau area terpencil.
Untuk mereka, momen-momen damai ini memberikan kesempatan untuk menyelami hobi mereka dan mengenal diri sendiri secara lebih mendalam.
Pada momen-momen pribadi tersebut, mereka mendapatkan semangat segar yang memungkinkan mereka berinteraksi dengan maksimal bersama orang-orang di sekitarnya.
Waktu memberikan kesempatan bagi mereka untuk berpikir mendalam dan melakukan introspeksi. Hal ini mencerminkan dengan lembut sikap mereka dalam menerima diri sendiri serta kemampuan mandiri.
Akan tetapi, sebagian besar orang cenderung menganggap kesendirian sebagai kesempatan untuk merasakan kesepian. Padahal, sifat tersebut sungguh luar biasa dan bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.
3. Menikmati ketenangan tanpa rasa terganggu
Sebagian individu yang mampu menikmati kesunyian saat berbicara biasanya hanya mempunyai beberapa sahabat karib.
Mereka adalah pribadi yang menghargai momen-momen sunyi tersebut dan tidak merasa perlu untuk selalu menciptakan obrolan konstan.
Mereka menyadari bahwa ketenangan sebenarnya tidak perlu ditakuti, malahan bisa menjadi asal dari hubungan dan pengertian lebih dalam.
Mereka mampu berdiam diri dengan nyaman di antara orang lain, menikmati hubungan tanpa kata-kata, hingga membentuk perasaan pengertian danpenghargaan satu sama lain.
Sebenarnya, kedamaian dan ketenangan ini biasa ditunjukkan melalui kapabilitas mereka yang mampu lebih banyak mendengar dibandingkan berbicara.
Mereka adalah orang-orang yang benar-benar memahami apa yang dikatakan orang lain, memberikan tanggapan yang bijaksana, dan membuat orang lain merasa didengarkan.
Tindakan tersebut mungkin terlihat aneh bagi beberapa pihak, namun hal itu merupakan metode individu dalam mengarungi interaksinya dengan sungguh-sunguh.
Mereka menikmati ikatan yang erat dan menyadari bahwa kebisuan kadang bisa lebih menjelaskan dari pada ucapan.
4. Memilih waktunya dengan cermat
Orang dengan sedikit sahabat biasanya sangat selektif saat menentukan bagaimana mereka memakai waktunya.
Mereka menyadari bahwa waktu merupakan sumber daya penting dan memutuskan untuk menyalurkannya hanya pada hal-hal serta ikatan emosional yang sungguh-sungguh bermakna baginya.
Mereka adalah individu yang enggan mengikatkan diri pada strategi yang bertentangan dengan prinsip hidup mereka, atau kepada pihak-pihak yang dianggap tak serasi dengannya.
Sebaliknya, mereka lebih merasa nyaman melakukan penolakan ketika sesuatu tidak sejalan dengan jati diri dan minat mereka.
Ciri khusus ini bisa menjadikannya terlihat tertutup atau rumit di awal pertemuan. Akan tetapi, begitu orang lain berhasil memahaminya secara tulus, mereka siap menyisihkan waktu bagi orang itu.
5. Tidak takut konflik
Meski tak menyenangkan, perselisihan amat dibutuhkan bagi perkembangan. Orang dengan jumlah sahabat terbatas sadar akan pentingnya menemui masalah daripada menjauhinya.
Saat terjadi perbedaan pendapat atau kekeliruan pengertian di antara teman-teman, mereka lebih memilih untuk menyelesaikannya dengan cara yang frontal.
Walaupun tak selalu gampang, sebab biasanya melibatkan pembicaraan yang menantang serta pengungkapan diri, namun konflik bisa jadi meningkatkan kekuatan tali persahabatan dan perasaan saling mengerti antar sesama teman.
Mereka tak menjauhi perselisihan di dalam hubungan, sebab hal tersebut merupakan peluang bagi keduanya untuk berkembang serta memperkuat rasa hormat antara satu sama lain.
Mereka sangat menghargai pertemanan mereka dan siap untuk berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah saat terjadi perbedaan pendapat atau perselisihan.
Keterampilan dalam menangani pertikaian ini menjadi bukti kekuatan ikatan persahabatannya serta janji mereka untuk menjaganya.
6. Menghargai keaslian
Seseorang dengan sedikit sahabat biasanya amat memperhatikan kejujuran, entah itu pada dirinya atau pun lingkungan sosialnya.
Mereka tak berminat pada kebohongan atau ketidakjujuran; malah, mereka menginginkan relasi yang otentik serta pertukaran yang bernilai.
Mereka merupakan individu yang berani menunjukkan jati dirinya, menghargai setiap sifat khas serta perbedaan yang ada pada diri masing-masing.
Mereka tak berpikir penting untuk mengadaptasi diri atau menyembunyikan sifat asli mereka demi disukai setiap orang.
Mereka justru menerima individu mereka sendiri dan dorongan dari orang lain agar melakukannya juga.
Keaslian ini juga terlihat dalam persahabatannya. Mereka berusaha mencari sahabat yang tulus, yang tidak ragu untuk mengungkapkan identitas aslinya.
Hubungan mereka terbentuk berdasarkan fondasi kepercayaan, kejujuran, serta saling menghargai antara kedua belah pihak.
Mereka mungkin tampak kurang menarik bagi beberapa pihak, namun mereka tak keberatan dengan hal tersebut dan menyadari pentingnya memiliki sahabat yang dapat menerima identitas satu sama lain.
7. Menjadi merasa content serta berterima kasih
Seseorang yang mempunyai jumlah sahabat terbatas merupakan individu yang sanggup menghargai apa yang dimiliki serta mensyukuri berbagai kebaikan dalam hidupnya.
Mereka bisa mencapai keseimbangan yang pas bagi diri mereka sendiri dan merasakan kedamaian karena hal itu.
Mereka tak selalu menggali pengesahan atau izin dari pihak lain. Justru, mereka meraih kebahagiaan di dalam ketenangan serta kualitas interaksi mereka yang meski minim tapi berarti.
Kebebasan mereka tak ditentukan oleh jumlah teman yang banyak, melainkan oleh kekuatan hubungan pertemanan mereka.
Mereka menunjukkan bahwasanya hal utama bukan terletak pada jumlah sahabat yang dipunyai, melainkan pada makna serta kegembiraan yang disumbangkan oleh setiap relasi tersebut.
Tidak ada komentar