Beranda
business
internet infrastructure
NEWS
technology
telecommunications
Fiber Optik: Rahasia Kemajuan Digital Indonesia Masa Depan
Redaksi
Mei 10, 2025

Fiber Optik: Rahasia Kemajuan Digital Indonesia Masa Depan

NOIS.CO.ID -- - Indonesia sedang berada di titik penting untuk mewujudkan aspirasi transformasi digitalnya secara nasional. Menghadapi jumlah penduduk melebihi 279 juta orang dengan presentase penetrasi internet sebesar 74,6% per Januari 2025, permintaan atas infrastruktur digital yang handal, cepat, serta terjamin keamanannya semakin mendesak.

Kenaikan permintaan akan jasa awan (cloud), artificial intelligence (AI), penyebaran konten digital, serta konektivitas 5G semakin menggarisbawahi pentingnya sarana dasar seperti serat optik. Teknologi ini dianggap mempunyai kapasitas besar, kecepatan tinggi, dan latency yang rendah, sehingga menjadi fondasi dari konektivitas digital di masa mendatang.

Pada pertemuan yang diselenggarakan di Jakarta pada hari Rabu (7/5), berbagai pihak dari kalangan industri bersama dengan Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Apjatel) mengulas tentang pentingnya kabel serat optik bagi perkembangan transformasi digital di tanah air. Acara ini juga menyinggung masalah-masalah yang ada di lapangan sambil mempromosikan metode baru dalam pengaturan jaringan serat optik.

Direktur Strategi & Kebijakan di Kementerian Komunikasi dan Digital Infrastruktur (Komdigi), Denny Setiawan menjelaskan bahwa struktur infrastruktur digital kita perlu memiliki desain yang komprehensif. Ini mencakup mulai dari pusat data sebagai sumber utama untuk aktivitas digital dan kontennya, jaringan tulang punggung, serta Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) yang berfungsi untuk terhubung dengan daerah lain maupun skala global.

"Lagipula, terdapat juga jalur milik PLN/jalan/rel yang berfungsi sebagai pembawa utama arus lalu lintas, bersama dengan kabel serat optik yang mencapai rumah-rumah warga dan lokasi fasilitas umum," katanya dalam perbincangan tersebut.

Menurut laporan Telecom Review Asia, pertumbuhan pasar infrastruktur jaringan serat optik di wilayah Asia Pasifik diperkirakan mencapai Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 15,9% sampai tahun 2028. Fenomena ini mengindikasikan betapa pentingnya serta besarnya peluang untuk berinvestasi dalam bidang tersebut. "Tidak terlepas dari itu semua, kerjasama antara para pemain utamanya sangatlah vital. Kamilah yakin bahwa upaya kolaboratif ini bakal memfasilitasi industri agar dapat lebih siaga menyokong tujuan-tujuan digitalisasi negara yang telah ditetapkan oleh pihak pemerintahan," ungkap Teguh Prasetya selaku Direktur Utama perusahaan Alita Praya Mitra saat acara tersebut digelar.

Sejak 2020, Alita sudah menerapkan Sistem Manajemen Jaringan Optik Terpadu (ONMSi) untuk memperbaiki efisiensinya serta ketahanan dalam mengatur infrastrukturnya yang berbasis serat optik. Implementasi ini diyakin akan memberikan perubahan besar pada performa operasionalnya.

Misalnya, mengurangi potensi denda layanan hingga 98 persen berkat deteksi dini dan penanganan gangguan yang lebih cepat. Efisiensi perawatan preventif juga bisa dikejar hingga mencapai 22 persen, melalui pemantauan jaringan secara proaktif dan berbasis data real-time.

Paling penting, efisiensi perawatan korektif hingga 56 persen, dengan sistem pelaporan otomatis yang mempersingkat waktu identifikasi dan perbaikan gangguan. "Langkah ini memperkuat posisi Alita sebagai penyedia infrastruktur digital yang adaptif terhadap perkembangan teknologi dan tuntutan industri telekomunikasi modern," Teguh melanjutkan.

Rajesh Rao, Wakil Presiden Penjualan VIAVI, menegaskan dalam kesempatan itu bahwa perusahaan mendukung transformasi digital di Indonesia dengan menggunakan solusi uji coba dan pemastian mutu yang handal. Ini bertujuan untuk mendorong pembangunan infrastruktur serat optik berkualitas tinggi.

Dia menyatakan bahwa mereka mendukung penyedia layanan dan pemilik infrastruktur serat optik gelap agar dapat meningkatkan koneksi, menjamin ketahanan jaringan, serta menciptakan visi Indonesia menjadi negera digital terkemuka.

Akan tetapi, pentingnya menciptakan sistem digital lengkap, seperti membangun kabel serat optik, tidak dapat dilepaskan dari sejumlah hambatan yang masih sering dijumpai. Menurut Jerry Siregar selaku Ketua Umum Apjatel, pengembangan infrastruktur serat optik masih banyak mengalami kendala dalam hal penyusunan peraturan telekomunikasi di tanah air.

Menurut dia, Rencana Tata Ruang Wilayah sering kali tak diumumkan pada para pemegang infrastruktur utilitas. Akibatnya, pengaturan jaringan menjadi susah dikontrol. Saat ini, telah dimulai penerapan perencanaan jaringan yang lebih mengedepankan aspek estetika serta keselamatan kota.

"Jerry mengatakan bahwa kami mendukung perubahan digital serta mendorong sinergi antar berbagai bidang guna mencapai penerapan pengaturan serat optik yang lebih efektif dan bermutu." Beberapa rencana strategis konstruksi juga sedang dijalankan agar dapat mengurangi dampak negatif pada sistem jaringan yang sudah dirapihkan.

Penulis blog

Tidak ada komentar