Beranda
brain health
health
health & fitness
health and exercise
psychology
Fungsi Tidur REM: Mengungkap Rahasia Kesehatan Otak
Redaksi
Mei 07, 2025

Fungsi Tidur REM: Mengungkap Rahasia Kesehatan Otak

NOIS.CO.ID -- Tidur malam yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh lamanya waktu istirahat, melainkan juga dari seberapa baik kita pulih. Tipe tidur tersebut harus memberikan rasa refresh dan energi untuk memulai aktivitas esok harinya. Hal ini dapat dicapai apabila tubuh mengalami siklus tidur REM secara mencukupi.

Tidur REM (Rapid Eye Movement) memainkan peran krusial dalam menjaga kesehatan fisik dan mental. Pada fase ini, otak menjadi sangat aktif, mirip dengan saat kita terjaga, dan proses penting seperti pemrosesan emosi, konsolidasi memori, hingga perbaikan fungsi saraf dan otak, berlangsung secara intensif.

Penelitian menunjukkan bahwa gangguan tidur, seperti insomnia atau sleep apnea, dapat meningkatkan risiko seseorang terkena demensia yaitu penurunan daya berpikir otak. Bahkan, kurang tidur bisa membahayakan otak dalam berbagai cara.

Studi tersebut menyimpulkan bahwa individu berumur antara 30 sampai 40 tahun yang bangun berkali-kali semalam, yaitu dua hingga tiga kali, cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami penurunan kemampuan kognitif pada sepuluh tahun mendatang. Ini mencakup pengurangan dalam memori bekerja serta kelambatan proses pemikiran mereka.

Ilmuwan menggarisbawahi kepentingan kedua tahap tidur: tidur yang mendalam (deep sleep) serta tidur dengan pergerakan mata pesat (REM). Kedua fase ini sangat berpengaruh pada pemeliharaan kesejahteraan otak dan dapat membantu mereduksi risiko penyakit pikun.

Dalam sebuah studi terbaru, pemindaian MRI menunjukkan bahwa orang-orang yang kekurangan tidur nyenyak dan REM selama bertahun-tahun mengalami atrofi otak atau penyusutan volume otak yang mirip dengan yang terjadi pada tahap awal penyakit Alzheimer, dalam kurun waktu 13 hingga 17 tahun kemudian.

Empat tahapan tidur

Saat tertidur, otak melewati empat fase secara bergilir setiap kira-kira 90 menit: awalnya adalah masa tidur dangkal pada fase 1 dan 2 di mana tubuh perlahan menjadi tenang, detak jantung serta temperatur badan turun.

Tidur yang dalam (disebut juga gelombang lambat), membuat kegiatan otak menurun secara signifikan, memberikan kesempatan pada tubuh dan pikiran untuk beregenerasi. Fase terakhir ialah tahap tidur REM, saat itu kita mengalami mimpi dan otak menyusun kembali perasaan serta data baru yang diterima.

Matthew Pase, seorang professor senior di bidang Ilmu Psikologi dari Monash University, mengatakan bahwa tidur yang berkualitas dan fase Rapid Eye Movement (REM) dapat membantu otak "memulihkan" dirinya dari tekanan serta memperkokoh daya ingat.

"Selama tidur lelap, otak menjalankan peran vital: mengontrol metabolisme, meratakan hormon, serta membersihkan sisa-sisa limbah menggunakan mekanisme bawaan otak bernama sistem glimfatik," jelasnya.

Di sisi lain, REM membantu otak memproses emosi dan merombak data yang telah diterima sepanjang hari.

Tidur dengan pulas memiliki peranan signifikan dalam mengeluarkan protein amiloid, yang diidentifikasi sebagai tanda khusus dari penyakit Alzheimer.

Berdasarkan Dr. Maiken Nedergaard, seorang professor ilmu saraf di University of Rochester Medical Center, adanya masalah dengan istirahat yang berkualitas selama periode waktu lama bisa mengganggu sistem glimfatik, akibatnya pembuangan limbah otak menjadi kurang efisien dan meningkatkan kemungkinan terkena penyakit demensia.

Secara ideal, tidur malam yang berlangsung kira-kira tujuh jam memberi kesempatan pada otak untuk mengalami antara empat sampai tujuh siklus tidur lengkap.

Memberi waktu cukup untuk tidur memungkinkan otak mencapai fase tidur yang lebih dalam, baik REM maupun tidur nyenyak, sesuai dengan kebutuhan tubuh.

“Biarkan otak bekerja sesuai kebutuhannya. Jika diberi cukup waktu, otak akan tahu harus memprioritaskan tidur nyenyak atau REM sesuai dengan kondisi tubuh,” kata Pase.

Penulis blog

Tidak ada komentar