
NOIS.CO.ID -- - Relasi di antara anak yang telah berkembang menjadi dewasa dan orang tuanya mestinya senantiasa terpelihara dalam suasana hangat walaupun ada ruang jarak yang melebar secara fisik. Akan tetapi, pada realitanya, belum tentu seluruh individu dewasa tersebut menjaga interaksi mendalam ataupun kontak sedikitpun dengan sang ibu bapa dari hari ke hari.
Banyak elemen rumit mendasari mengapa tali komunikasi antara anak dan orangtua dapat melemah hingga hilang sama sekali saat sudah berumur dewasa. Kadang-kadang, kenangan dari masa kanak-kanak atau metode pendidikan tertentu memiliki dampak besar pada bagaimana interaksi mereka nantinya dalam hidup.
Menurut laporan dari Geediting.com pada hari Kamis (08/05), di bawah ini terdapat beberapa penyebab kenapa seorang anak dewasa mungkin enggan untuk berinteraksi dengan orang tuanya.
1. Kekurangan dukungan emosional yang cukup
Mereka bisa jadi telah dibesarkan dalam suatu lingkungan di mana keperluan emosi kurang dipandang atau malah dilupakan sama sekali oleh para orangtua. Sebagai akibatnya, mereka tak merasa terlindungi ataupun tenang saat ingin membagikan perasaannya dan menunjukkan sisi rentan pada tokoh yang memiliki wewenang atas hidup mereka semenjak awal.
2. Kritikan Tajam Atau Hukuman yang Terlalu Berat
Mungkin saja para orangtua secara berulang kali memberikan kritik konstruktif namun dalam bentuk yang dapat melukai hati, atau selalu merendahkan keputusan hidup anak-anak mereka. Dampak dari hal tersebut adalah timbulnya rasa diri yang kurang bernilai atau ketakutan untuk membuat kesalahan di hadapan seseorang yang semestinya menjadi tempat perlindungan dan dukungan.
3. Beban dari Harapan Tak Masuk Akal Yang Menguras Tenaga
Orang tua berpotensi menempatkan ekspektasi sangat tinggi pada anak, melebihi batas kemampuannya secara alami. Rasa tekanan terus-menerus untuk mengikuti standar yang telah diputuskan orang tua dapat membentuk dinding emosi yang sukar dibuka kembali di masa depan.
4. Overcontrol pada Kehidupan Anak
Orangtua bisa jadi mencoba memegang kendali atas semua sisi hidup anak-anak mereka meski sudah tumbuh menjadi orang dewasa yang mandiri. Rasa tertekan serta kurang adanya ruang bagi privasi sendiri kerap kali membuat hasrat besar timbul untuk benar-benar lepas dari pengaruh itu.
5. Perjalanan Melalui Penyiksaan atau Pelecehan
Sayangnya, ada beberapa orang yang pernah merasakan jenis kekerasan fisik, verbal, ataupun emosional dari pihak orangtua saat masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan mereka. Dampak trauma berkepanjangan karena pengalaman itu dapat menciptakan lukanya sangat dalam sehingga menjadi tantangan besar untuk membentuk kembali ikatan interpersonal yang positif pada waktu akan datang.
6. Rasa Ditinggalkan atau Tidak Diapresiasi
Anak-anak tersebut kemungkinan besar mengalami ketidakcukupan dalam memenuhi kebutuhan fundamental seperti penghargaan, cinta, serta hadirnya orangtua yang konsisten semenjak usia dini. Perasaan kesendirian dan minimnya ikatan emosional dapat menjadi faktor pendorong bagi mereka untuk menjauh saat sudah tumbuh dewasa.
7. Batas Privat yang Sering Diabaikan
Walaupun telah mengomunikasikan hal-hal dengan jelas, orangtua mungkin tetap terus-menerus menyinggung batasan personal yang sudah ditentukan oleh anak-anak mereka. Kekurangan penghormatan terhadap kemerdekaan dan privasi individu dapat menjadi penyebab primer bagi seseorang untuk memilih pemisahan diri secara permanen.
8. Mengalami Ketidakadilan dalam Penyikapan Berbeda
Bertumbuh merasakan bahwa kedua orangtua lebih cenderung menyayangi atau memberi prioritas kepada saudara kandung lain dapat menciptakan lukaan batin yang mendalam. Rasa terpingkirkan dan ketidakadilan tersebut mungkin membentuk rasa benci yang secara bertahap akan melemahkan dorongan untuk tetap menjalin ikatan dekat.
Mengerti sejarah pribadi tersebut dapat menjelaskan alasan mengapa banyak individu dewasa memilih untuk mengakhiri atau mengurangi interaksi dengan orangtua mereka. Meskipun hal ini biasanya merupakan keputusan yang sangat berat, tetapi kadang diperlukan untuk mencapai kesejahteraan mental dan tingkat kepuasan hidup yang lebih baik dalam jangka panjang.
(*)
Tidak ada komentar