Beranda
controversies
culture
love and infidelity
relationships
social issues
Orang Yang Selalu Ragu Pasangan Selingkuh Tanpa Bukti? Mungkin Ini Penyebabnya, Menurut Psikologi
Redaksi
Mei 10, 2025

Orang Yang Selalu Ragu Pasangan Selingkuh Tanpa Bukti? Mungkin Ini Penyebabnya, Menurut Psikologi

NOIS.CO.ID --– Adakah orang di antara Anda yang memiliki kecurigaan terhadap pasangan mereka karena mengira mereka berselingkung, namun tanpa adanya bukti konkret dan semuanya hanyalah didasari oleh dugaan?

Mungkin bukanlah kesalahannya sendiri. Justru dia mungkin pernah mengalami pengalaman buruk saat masih kecil.

Dilansir dari hackspirit , Selalu mencurigai pasangan berbuat zina tanpa adanya bukti, ini berasal dari pengalaman pribadi atau banyak situasi rumit yang dialami sejak kecil.

Perasaan ketidakamanan yang ada sekarang kemungkinan besar berhubungan dengan peristiwa-peristiwa di masa lalu lebih dari apa yang kita bayangkan.

Menyingkap pelan-pelan bekas lukamu dari waktu lampau tidak berarti kamu meratapi atau menyalahkan terjadinya hal-hal itu, tetapi justru untuk mengenali hubungannya dengan situasi saat ini.

Mengenali serta memahami apa yang berlangsung di dalam diri sendiri adalah tahap awal menuju penyembuhan rohani, psikis, maupun jasmani.

Berikut adalah 8 kenangan menyakitkan dari masa kecil yang bisa dirasakan oleh orang yang cenderung mencurigai pasangannya berselingkar meski tidak ada bukti.

  1. Lingkungan keluarga yang tak menentu

Seseorang yang terus-menerus mencurigai pasangannya berkhianat umumnya berasal dari latar belakang keluarga dengan keadaan tak menentu. Kondisi tersebut kerap disebabkan oleh masalah finansial mendasar, perselisihan antara kedua orangtua, serta pendekatan didik yang keras.

Anak-anak yang tinggal di sekitar area ini dengan tak sadar mendorong diri mereka yang belum dewasa untuk memahami masalah-masalah rumit dan menyiapkan diri menghadapi situasi-situasi tak terduga.

Hal ini akan mengakibatkan ketidaktenangan yang berkelanjutan. Ketidaktenangan itu tidak akan lenyap dengan sendirinya seiring bertambahnya usia mereka.

Setelah mereka mulai menjalin hubungan cinta, ketakutan itu seringkali berubah jadi curiga dan kekhawatiran.

  1. Memiliki trust issue

Trust issue Atau masalah kepercayaan kerap dialami oleh orang-orang yang telah mengalami penipuan kepercayaan berulang-ulang.

Sebagai contoh, kedua orangtuanya bersumpah bahwa mereka akan membawanya berkeliling kota pada akhir pekan. Tetapi kemudian, orangtua itu melanggar sumpahnya tersebut. Bila situasi serupa berlangsung berkali-kali, dapat membuat si anak merasa telah diselingkuhi kepercayaannya.

Hal ini akan membuat anak tersebut kesulitan dalam mempercayai oranglain dan cenderung selalu curiga pada pasangan mereka ketika sudah berumur dewasa.

Seringkali kita menggalakkan pembuatan dinding-dinding setinggi mungkin terhadap orang lain sebagai bentuk perlindungan diri dari luka yang semakin mendalam.

  1. Tata cara pengasuhan yang tak teratur

Mereka yang berinteraksi dengan kita sejak masa kecil hingga remaja memainkan peran penting dalam pembentukan karakter kita, entah itu aspek individu maupun cara kita bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

Anak-anak yang kerap mengganti penjaga mereka biasanya kesulitan dengan trust issue saat memiliki hubungan asmara.

Bila penjaga atau pengasuh berubah dengan cepat tanpa henti, muncul dan hilang secara berkala, hal itu dapat memicu ketidakamanan serta kekhawatiran tentang penolakan atau ditinggal dalam suatu hubungan.

Jika mereka selalu khawatir bahwa pasangan mereka berselingkah walaupun tak ada buktinya, kemungkinan besar disebabkan oleh pemikiran bawah sadar yang mensetting diri Anda untuk berpikir bahwa orang-orang pada akhirnya akan meninggalkan Anda dan gagal bertahan dalam jangka panjang.

  1. Mengalami atau menyaksikan perselingkuhan

Anak-anak yang melihat perselingkuhan terjadi di sekitar lingkungannya saat mereka bertumbuhan, cenderung memandang hubungan sebagai arena pertempuran dipenuhi oleh kebohongan dan penipuan.

Menemui ayah atau ibu, ataupun orang penting dalam kehidupan mereka melakukan perselingkuhan dapat mengganggu pandangan mereka tentang setia dan komitmen.

Ini dapat menciptakan rasa cemas serta membiarkan biji keraguan tumbuh di dalam hubungan mereka saat sudah menjadi orang dewasa.

Mereka akan selalu berusaha menemukan petunjuk kebohongan serta bukti perselingkuhan dalam tingkah laku pasangan, walaupun sebenarnya indikasi atau bukti tersebut tak pernah ada.

  1. Kurangnya validasi emosional

Anak-anak yang pada masa kecil mereka jarang sekali menerima penghargaan atas berbagai emosi seperti kesedihan, frustrasi, kemarahan, atau bahagia, nantinya saat sudah dewasa cenderung meragukan perasaan diri mereka sendiri.

Ini umumnya terjadi saat perasaan seseorang sering dilupakan atau disebut sebagai berlebihan ketika mencoba untuk mengungkapkannya.

Sampai saat ini menjalin hubungan romantis, mereka cenderung terus-menerus mengawasi setiap gerak-gerik dan motivasi pasangan. Mereka bahkan berusaha mendapatkan konfirmasi tentang keraguan yang ada dalam pikiran mereka.

Ingatlah bahwa semua emosi yang dialami manusia adalah sah. Tidak ada yang salah dengan kepercayaan terhadap perasaan atau insting Anda.

Namun, perlu pula mencegah ketidakpastian yang tidak beralasan dan tanpa bukti dari membaurkan penilaian yang mestinya obyektif.

  1. Terlalu perfeksionis

Orangtua yang condong memaksa anak-anak mereka agar sempurna dan tak memberi ruang bagi kesalahan, dapat menghasilkan perasaan ketidaknyamanan pada hubungan anak tersebut di kemudian hari.

Anak yang besar dalam lingkungan seperti itu umumnya akan menjadi sangat kritikal terhadap diri mereka sendiri maupun pasangan mereka.

Ini dikhawatirkan akan sulit untuk mengenali apakah suatu kesalahan kecil yang mungkin dimaafkan atau diselesaikan adalah sesuatu yang harus ditoleransi, ataukah itu merupakan sebuah kesalahan besar yang tak boleh dipermalukan. Sikap cenderung ini kemudian berubah jadi keraguan tentang loyalitas pasangan.

  1. Parentifikasi usia dini

Parentifikasi merujuk pada situasi di mana anak-anak harus menanggung bebannya tanggung jawab yang semestinya menjadi kewajiban orang dewasa, entah itu dalam hal emosi maupun fisikal.

Anak-anak menjadi dewasa lebih cepat dari waktu yang seharusnya. Ini biasanya disebabkan oleh kurangnya kemampuan orangtua dalam melaksanakan tanggung jawab mereka.

Maka apabila mereka mencurigai pasangan mereka berselingkah atau gagal mempertahankan kepercayaan, mereka menganggap hal itu sebagai masalah yang perlu diatasi.

  1. Kekurangan contoh perilaku dalam menjalin relasi positif

Orang-orang yang tidak punya panutan atau gambaran tentang hubungan sejak kecil biasanya menghabiskan waktu lebih lama untuk memahami konsep dan struktur kepercayaan dalam hubungan mereka saat sudah dewasa.

Ke[curigaan] terhadap ke[setiaanan] pasangan muncul lantaran mereka belum mengalami jenis [cinta] yang damai, tenteram, serta jiwa yang terisi dengan penuh.

Oleh karena itu, gambaran-gambaran kasih sayang yang dialami dan diamati pada masa kanak-kanak akan menciptakan pandangan mengenai ikatan tersebut di kemudian hari ketika sudah menjadi orang dewasa.

Penulis blog

Tidak ada komentar