Beranda
economics
investing
pensions
retirement
retirement planning
Penelitian Terkini Dana Pensiun: Meningkatkan Tingkat Penghasilan dan Optimalisasi Dana Pensiun Swasta di Indonesia
Redaksi
Mei 07, 2025

Penelitian Terkini Dana Pensiun: Meningkatkan Tingkat Penghasilan dan Optimalisasi Dana Pensiun Swasta di Indonesia

Tentu saja, jumlah studi tentang dana pensiun di Indonesia masih sangat terbatas. Mungkin karena alasan itu pula, tingkat partisipasi dana pensiun belum mencapai potensinya maksimal baik di antara para karyawan maupun masyarakat umum di negara tersebut. Berlandaskan pada bukti-bukti yang ada, sudah waktunya industri dana pensiun menggunakan temuan-temuan dari penelitian sebagai dasar dalam upaya memperluas cakupan pesertanya serta mengoptimalkan aset yang dikelolanya. Menggunakan informasi dan riset sebagai landasan bagi perkembangan dana pensiun.

Sebuah studi tentang dana pensiun telah dirilis dengan judul "Analisis Tingkat Penghasilan Pensiun (TPP) Karyawan serta Faktor-faktornya dan Optimalisasi Peranan Dana Pensiun Swasta di Indonesia". Studi ini dikembangkan oleh Syarifudin Yunus, seorang pengajar dari Universitas Indraprasta PGRI dan pendidik dalam bidang dana pensiun untuk DPLK SAM (Sinarmas Asset Management). Dokumen tersebut dipublikasikan tanggal 3 Mei 2025 melalui jurnal bernama Lokawati (Jurnal Penelitian Manajemen dan Inovasi Riset).

Hasil penelitian Syarifudin Yunus menyimpulkan bahwa Tingkat Penghasilan Pensiun (TPP) yang diterima pekerja saat pensiun hanya 10% dari gaji terakhir yang diperoleh dari program pensiun wajib, terjadi penurunan penghasilan sebesar 90% dari gaji terakhir saat masih bekerja. Kebutuhan biaya hidup bulanan pensiunan di masa pensiun (makan, belanja bulanan, biaya air - listrik, internet, gaya hidup, asuransi kesehatan, dan lain-lain) diperoleh data sebesar Rp5.600.000,- atau setara 56% dari gaji terakhir per bulan. Maka secara aktual, tingkat penghasilan pensiun (TPP) pensiunan di Indonesia terjadi kesenjangan sebesar Rp4.600.000,- atau kurang 46% dari gaji terakhir per bulan. Kondisi ini menjadi penyebab pensiunan gagal mempertahankan standar hidup di hari tua, di samping mengalami masalah keuangan di masa pensiun.

Beberapa hal yang berperan dalam mengatur jumlah Tunjangan Pensiun Pokok (TPP) individu meliputi: 1) tipe pekerjaan, 2) skema pensiun yang dipilih, 3) durasi karier serta rata-rata pendapatan, 4) hasil investasi dari program pensiun tersebut, 5) aturan pemerintah, 6) situasi ekonomi global dan laju inflasi, 7) status kesehatan setelah pensiun, 8) beban keuangan untuk mendukung keluarga, dan 9) pemahaman tentang manfaat dana pensiun sangat menetapkan sebesar apa tunjangan pensiun akan dibayarkan. Karena alasan ini, perlu adanya optimalkan dana pensiun swasta guna mendorong pertumbuhan TPP menjadi penyedia utama penghasilan saat pensiun dengan tujuan menciptakan otonomi finansial pada usia lanjut, selain juga meningkatkan standar gaya hidup.

Oleh karena itu, dana pensiun swasta perlu dioptimalkan pengelolanya agar dapat mencapai hasil investasi yang signifikan, menambah pemahaman tentang dana pensiun, menjangkau pekerja baik formal maupun informal, serta mengembangkan ragam produk dan pelayanan sesuai dengan peningkatan digitalisasi dalam akses dan penyediaan layanan dana pensiun guna mendorong pertambahan jumlah peserta pada dana pensiun swasta secara substansial. Persentase Pendapatan Pensiun atau rasio substitusi merupakan proporsi presentase dari pendapatan akhir seseorang yang dibutuhkan untuk menjaga standar hidup mereka selama masa pensiun. Secara ideal, PPP ini seharusnya ada di rentang antara 70-80% dari pendapatan terakhir demi memastikan kesempurnaan kondisi finansial. Sayangnya, masih banyak tenaga kerja di Indonesia yang belum bisa sampai kepada target tersebut, dikarenakan nilai actual PPP hanyalah berkisar 10%, sangat rendah jika digunakan untuk memenuhi semua keperluan hidup saat sudah masuk masa pensiun.

Untuk informasi detil mengenai temuan dari studi terkini tentang 'Analisis Tingkat Pendapatan Pensiun (TPP) Karyawan serta Penentunya dan Cara Memaksimalkan Kontribusi Dana Pensiun Swasta di Indonesia' oleh Syarifudin Yunus, silakan kunjungi tautan ini: https://journal.arimbi.or.id/index.php/Lokawati/article/view/1709 .

Terbukti, kesiapan finansial pekerja atau masyarakat Indonesia saat menghadapi masa pensiun tergolong rendah. Beberapa fakta yang menggambarkan rendahnya kesiapan pensiun antara lain: 1) mayoritas pekerja tidak siap pensiun, 2) kurangnya tabungan pensiun, 3) literasi keuangan rendah, 4) inflasi dan biaya hidup, dan 5) kesenjangan tingkat penghasilan pensiun.  Maka untuk meningkatkan kesiapan finansial di masa pensiun, pekerja atau masyarakat perlu mulai menabung sejak dini untuk hari tua, meningkatkan literasi keuangan khususnya dana pensiun, dan memanfaatkan program pensiun seperti DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) sebagai program kesinambungan penghasilan di masa pensiun.

Mungkin, sudah saatnya penelitian dana pensiun diperbanyak, di samping mengembangkan oenetrasi bisnis dana pensiun berbasis riset dan data. Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDanaPensiun #PenelitiDanaPensiiun

Penulis blog

Tidak ada komentar