Sekolah Lansia di DPR RI: Lebih dari Belajar, Sebuah Gerakan Sosial yang Mengejutkan

NOIS.CO.ID --.CO.ID, JAKARTA — Bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional, Komunitas Budaya Kampung Kaputren, Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka, membuka Sekolah Kampung untuk  lansia yang berusia di atas 60 tahun. Secara resmi Sekolah Kampung mulai beroperasi pada Jumat (2/5/2925).

Kelahiran institusi pendidikan non-formal ini mendapat sambutan meriah dari sejumlah besar lanjut usia. Mereka datang mengenakan busana harian seperti daster dan gamis serta membawa tas jinjing, menimbulkan atmosfer pembelajaran yang akrab dan terbuka untuk semua.

Anggota DPR RI Komisi I dari Daerah Pemilihan Majalengka, Farah Puteri Nahlia, memberikan apresiasi mendalam atas pendirian Sekolah Kampung ini. Ia menyebutnya sebagai model pemberdayaan komunitas yang penuh makna dan patut mendapat dukungan luas.

"Farah menyatakan di lansiran pers pada hari Senin tanggal 5 Mei 2025, 'Saya sungguh mengagumi sepenuhnya ide Pak Amin Halimi serta semua warga Kampung Kaputren yang sudah membuktikan bahwa pendidikan dapat tersaji dengan cara yang amat berkesan dan membawa kebahagiaan. Ini lebih dari sekedar program literasi; ini adalah suatu gerakan sosial yang mengeraskan semangat kemanusiaan dan rasa saling bantu.'”

Menurut data yang dikeluarkan oleh BPS Majalengka pada tahun 2023, hampir 28,8% warga lanjut usia di kabupaten tersebut belum menyelesaikan jenjang Sekolah Dasar (SD), sementara itu 11,5% lainnya sama sekali tidak menjalani pendidikan formal. Dilihat secara total, tingkat rata-rata lamanya waktu belajar masyarakat Majalengka hanya mencapai 7,16 tahun, lebih rendah dibandingkan dengan nilai nasional yaitu 8,69 tahun. Hal ini membuktikan bahwa ada masalah signifikan terkait akses serta mutu pendidikan, terlebih untuk kalangan orang dewasa dan manula.

"Pernyataan tersebut menggarisbawahi bahwa tugas pendidikan tak berakhir ketika seseorang mencapai kedewasaan, melainkan harus tetap diberi kesempatan sampai lansia," jelas Farah.

Bukan hanya tentang pembelajaran dasar baca tulis, Sekolah Kampung pun turut menjadikan dirinya sebagai wadah untuk bersosialisasi dan menukar cerita kehidupan. Di sana, siswa-siswa diajarkan cara membaca, menulis, memahami sekitaran mereka, serta mendapatkan pengetahuan bahasa asing termasuk Arab, Mandarin, dan Inggris; ini terutama ditujukan kepada mantan buruh migran yang saat ini telah memilih tinggal kembali di pedesaan.

Selanjutnya, Farah menekankan janjianya dalam mendukung kelangsungan program tersebut dengan bekerja sama antar berbagai bidang.

"Anggota DPR RI kami siap menyediakan kesempatan bagi diskusi dan mendukung keputusan politik. Saya mendorong semua pihak, seperti Kemendikbudristek, Kementerian Sosial, serta pemerintah lokal, untuk meniru semangat dan metode Sekolah Kampung ini menjadi contoh penyebaran yang bisa diterapkan di wilayah lain," katanya.

Posting Komentar untuk "Sekolah Lansia di DPR RI: Lebih dari Belajar, Sebuah Gerakan Sosial yang Mengejutkan"