
NOIS.CO.ID,Jakarta- Pemerintah Indonesia dan Uni Eropa sepakat mendorong penyelesaian perjanjian Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement)IEU-CEPA). Pekan lalu Presiden Prabowo Subianto dan Menteri Koordinator EkonomiAirlangga Hartartoberangkat ke Brussels, Belgia untuk bertemu dengan Komisioner Uni Eropa (UE).
Proses penyelesaian IEU-CEPA ditandai dengan penandatanganan dan pertukaran surat (pertukaran surat-surat) antara Pemerintah Indonesia dan Komisi Eropa sebagai bentuk kesepakatan politik tingkat tinggi untuk mendorong percepatan penyelesaian pembicaraan IEU CEPA. Pertukaran surat tersebut dilakukan antara Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Republik Indonesia, Airlangga Hartarto, dengan Komisaris Perdagangan Komisi Eropa, Maroš Šefovi.Surat tersebut berisi apresiasi terhadap pencapaian negosiasi dan komitmen bersama untuk menyelesaikan negosiasi secara menyeluruh, termasuk langkah-langkah konkret dalam menyelesaikan isu-isu penting yang masih tersisa. Penyerahan surat ini menjadi simbol kuat dari keseriusan kedua pihak dalam mendorong penyelesaian substansial IEU-CEPA menuju penandatanganan pada tahun 2025 melalui solusi yang saling menguntungkan dan seimbang.
"Saya menyampaikan apresiasi atas komitmen berkelanjutan dan keterlibatan konstruktif dari Uni Eropa. Dukungan Komisioner Maroš dan Tim Perunding kedua negara sangat berarti dalam seluruh proses perundingan IEU-CEPA," kata Airlangga, Senin, 14 Juli 2025.
Airlangga melaporkan kemajuan hasil negosiasi tersebut langsung dari Brussels pada Sabtu, 12 Juli 2025.
Menurutnya, IEU-CEPA akan menjadi titik penting untuk meningkatkan perdagangan dan investasi bilateral yang saling menguntungkan. Pemerintah Indonesia dan Komisi Uni Eropa secara intensif terus melakukan pembahasan bersama untuk mendorong percepatan kesepakatan.
Sebelumnya, Airlangga menyampaikan perjanjian ini memberikan beberapa keuntungan bagi Indonesia. Salah satunya adalah penghapusan bea masuk bagi 80 persen produk ekspor Indonesia yang dipasarkan ke UE. Pengurangan bea masuk diperoleh 1 hingga 2 tahun setelah perjanjian ekonomi bilateral tersebut disahkan.
Pada 7 Juni lalu, pemerintah mengumumkanIndonesia dan Uni Eropa akan segera meresmikan hasil negosiasiPerjanjian Kemitraan Ekonomi yang Komprehensif(CEPA). Negosiasi IEU-CEPA dimulai pada 2016 dan telah berlangsung dalam 19 putaran. Pembahasan perjanjian ini telah dimulai sejak masa Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution.IEU-CEPA dianggap memiliki potensi untuk meningkatkan nilai ekspor Indonesia ke Eropa lebih dari 50 persen dalam 3-4 tahun mendatang.
Perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa didorong oleh banyak pihak, terutama di tengah wacana penerapan tarif impor baru oleh Amerika Serikat. Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Yoseph Billie Dosiwoda berharap pemerintah mempercepat perjanjian perdagangan bebas atau Free Trade Agreement (FTA) dengan UE.
Billie menilai perjanjian kemitraan komprehensif itu dapat membantu membuka peluang pasar baru ke Eropa jika pasar AS mengalami dampak dari kenaikan tarif impor. "Vietnam juga memiliki perjanjian serupa dengan Eropa lebih dulu. (Hal ini) agar Indonesia tidak ketinggalan dari persaingan antar negara dan produksi tetap berjalan baik dan normal," katanya.
Peneliti Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Dandy Rafitrandi juga menyampaikan pendapat yang sama. Dia memperingatkan agar Indonesia tidak ketinggalan dari negara-negara lain yang saat ini mulai melakukan lobi terhadap Uni Eropa.
Penyebabnya, Indonesia telah melakukan negosiasi IEU CEPA dengan Uni Eropa selama 9 tahun. "Memang FTA atau CEPA dengan Uni Eropa ini sangat penting. Karena Vietnam sudah sejak 2020 memiliki FTA dengan UE, jadi kita tertinggal 5 tahun. Dan sekarang Malaysia, Thailand dan Filipina sedang bersaing untuk melanjutkan negosiasi mereka," katanya.
Uni Eropa merupakan mitra dagang terbesar kelima bagi Indonesia. Total nilai perdagangan Indonesia dengan 27 negara Eropa tersebut mencapai 30,1 miliar dolar AS pada 2024. Neraca perdagangan konsisten mencatatkan surplus bagi Indonesia. Tahun lalu nilai surplusnya mencapai 4,5 miliar dolar AS, meningkat dibanding 2023 yang tercatat sebesar 2,5 miliar dolar AS.
Dalam konferensi pers tanggal 2 Juni lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang Januari hingga April 2025, surplus perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa mencapai 2,33 miliar dolar AS. Angka ini meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu atau Januari-April 2024, yaitu 1,75 miliar dolar AS.
Berdasarkan situs resmi Direktorat Jenderal Perdagangan Komisi Eropa, Indonesia adalah mitra dagang terbesar ke-33 bagiUni Eropa. Indonesia juga merupakan mitra dagang terbesar kelima Uni Eropa di ASEAN pada tahun 2024. Adapun komoditaseksporKeunggulan asal Indonesia ke kawasan tersebut antara lain minyak kelapa sawit dan turunannya. Selain itu ada bijih tembaga dan konsentratnya, asam lemak monokarboksilat industri, sepatu, serta bungkil dan residu padat.
Tidak ada komentar