
Saat langit Kota Tasikmalaya terlihat cerah, sejumlah aktivis lingkungan di Tasikmalaya melakukan aksi yang tidak biasa. Mereka memanjat tiang jembatan bekas untuk membentangkan bendera merah putih dalam ukuran besar.
Sebuah pemandangan heroik yang dilakukan oleh para aktivis lingkungan untuk membangkitkan kembali ingatan akan sejarah yang nyaris terlupakan. Di Jembatan Karangresik tersebut terukir sejarah perjuangan masyarakat dalam mempertahankan kemerdekaan.
Nah menjelang peringatan Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia, sebuah tindakan berani dilakukan oleh para aktivis lingkungan. Mereka tidak hanya sekadar merayakan, tetapi juga menaburkan benih-benih patriotisme yang mulai memudar.
Kegiatan ini diinisiasi oleh komunitas pegiat lingkungan yang antara lain, Republik Aer, Tasikmalaya Caping Community, dan Forum Komunikasi Pecinta Alam Tasikmalaya (FKPAT) yang melakukan aksi memukau.
Di atas puing-puing jembatan Karangresik yang legendaris, mereka mengibarkan Sang Saka Merah Putih berukuran raksasa. Tindakan ini bukan sekadar pameran, melainkan sebuah penghormatan sakral terhadap para pahlawan yang telah menorehkan sejarah di tempat ini.
Saksi Bisu Heroisme
Mengapa jembatan Karangresik yang dipilih? Herniawan Obech, seorang aktivis lingkungan di Tasikmalaya, menjelaskan bahwa lokasi ini memiliki makna yang mendalam.
"Jembatan Karangresik adalah bukti sejarah perjuangan masyarakat Tasikmalaya dan TNI dalam menahan gempuran Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947," katanya.
Jembatan ini dahulu merupakan jalur vital yang menghubungkan Tasikmalaya dan Ciamis. Pada masa Agresi Militer Belanda I, tempat ini menjadi jalan utama pasukan Belanda yang berniat merebut Pangkalan Udara Cibeureum dan menguasai seluruh Priangan Timur.
Namun, mereka harus menghadapi tekad baja Divisi Siliwangi dan masyarakat Tasikmalaya. Pertempuran sengit terjadi di Jembatan Karangresik.
Idi Bah, seorang aktivis sejarah, menceritakan kembali momen dramatis tersebut. Menurutnya, berdasarkan keterangan dari para veteran, lebih dari 300 tentara Belanda tewas dalam pertempuran tersebut.
Dengan taktik cerdik, masyarakat memasang bom di bawah jembatan, menunggu konvoi pasukan Belanda melintas.
Saat ledakan terjadi, jembatan hancur, menenggelamkan panser dan truk-truk pasukan Belanda ke dasar sungai.
Kemenangan ini bukan hanya menghentikan laju musuh, tetapi juga menunjukkan semangat pantang menyerah yang membara.
Menjaga Api Perjuangan Tetap Menyala
Aksi pengibaran bendera ini merupakan upaya untuk menyalakan kembali semangat nasionalisme.
Herniawan Obech berharap, peristiwa ini bisa menjadi pengingat bagi generasi muda agar tidak melupakan pengorbanan para pahlawan.
"Perjuangan mereka harus terus diingatkan agar masyarakat tidak lupa betapa hebatnya para pahlawan mempertahankan kemerdekaan," tegasnya.
Ia bahkan mengusulkan agar tanggal 10 Oktober, yang bertepatan dengan Hari Pahlawan, Jembatan Karangresik dijadikan sebagai lokasi upacara bendera tahunan.
Harapan kami, tradisi ini bisa menjadi monumen hidup yang senantiasa mengingatkan akan nilai-nilai keberanian, pengorbanan, dan cinta tanah air.
Dengan tindakan ini, Jembatan Karangresik tidak hanya menjadi sebuah infrastruktur yang usang, tetapi sebuah monumen hidup yang menceritakan kembali perjuangan.
Para aktivis lingkungan telah membuktikan bahwa sejarah tidak harus disimpan di museum, tetapi bisa dihidupkan kembali dengan cara yang paling heroik. Salah satunya dengan membentangkan bendera merah putih di atas Jembatan Karangresik yang legendaris.***
Tidak ada komentar