Beranda
culture
health
healthcare and medicine
medicine and healthcare
technology
Bekam di Indonesia: Menjembatani Tradisi Kuno dengan Ilmu Modern
Redaksi
Mei 14, 2025

Bekam di Indonesia: Menjembatani Tradisi Kuno dengan Ilmu Modern

NOIS.CO.ID --.CO.ID, Oleh: Drs. Imam Subadio (Profesor di Bidang Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi dari Universitas Airlangga)

Hijama (bekam) sudah dilakukan selama ribuan tahun dalam beragam budaya seperti di Timur Tengah, Tiongkok, dan Asia Tenggara. Di Indonesia, praktik ini kian diminati sebagai metode pelengkap pengobatan untuk bermacam-macam masalah, mulai dari rasa sakit pada sistem otot-sendi sampai kelainan metabolisme. Meski demikian, keefektifannya kerap diragukan oleh perspektif kedokteran yang mengandalkan bukti ilmiah. evidence-based medicine /EBM).

Seiring bertambahnya jumlah riset ilmiah mengenai bekam, sekarang waktunya untuk menyekat praktek ini tak cuma dilihat sebagai perawatan alternatif, tapi juga harus diserap menjadi bagian dari pelayanan kesehatan resmi, terutama di ranah Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (KFR), yang lebih dikenal dengan nama rehabilitasi medis.

Antara Tradisi dan Sains

Di Indonesia, bekam telah tumbuh subur bersamaan dengan peningkatan ketertarikan publik pada pengobatan alternatif dan kombinasi. Berbagai klinik bekam pun mulai menjamur, dijalankan baik oleh terapis tradisional hingga profesional perawatan kesehatan. Akan tetapi, masih kurang adanya pedoman resmi untuk menstandarisasi penerapan bekam dalam konteks kedokteran, menyebabkan variasi besar antara mutu dan keselamatannya.

Beberapa hambatan terdapat pada perkembangan bekam di Indonesia. Salah satunya adalah perbedaan teknik serta minimnya standarisasi. Terdapat bermacam-macam cara penerapan bekam seperti basah dan kering, flash cupping ), namun tidak seluruhnya mendukung protokol yang jelas.

Kedua, ada risiko infeksi serta dampak negatif yang mungkin timbul. Apabila prosesnya tidak dijalankan secara higienis, bekam bisa memicu infeksi pada kulit, cedera, atau bahkan penyebaran penyakit. Beberapa pernyataan yang dibuat bersifat terlalu umum tanpa adanya bukti ilmiah yang cukup. Sejumlah profesional sering kali menegaskan bahwa bekam dapat membantu dalam pengobatan beragam jenis penyakit; namun demikian, sejauh ini masih banyak dari klaim-klaim itu yang belum mendapatkan dukungan hasil penelitian yang solid.

Akan tetapi, dari sudut pandang yang lain, studi terbaru mengindikasikan bahwa bekam mungkin memberikan manfaat potensial, terlebih lagi pada pengendalian rasa sakit, inflamasi jangka panjang, serta aliran darah. Sehubungan dengan hal ini, diperlukanlah strategi didukung oleh data ilmiah agar bekam bisa dipakai secara selamat dan tepat guna dalam sistem layanan medis resmi.

Bekam Dalam Perspektif Fisioterapi Dan Rehabiliasi

Akupunktur bisa jadi pilihan penting dalam terapi KFR karena memiliki sejumlah keunggulan, di antaranya efek analgesik, peningkatan sirkulasi darah, serta regulasi proses inflamasi. Menurut buku-buku acuan, akupunktur boleh diterapkan sebagai pendukung dalam pengobatan KFR, baik sebagai metode pelengkap ataupun dukungan bagi upaya mengelola rasa sakit secara persisten. Tambahan lagi, teknik ini pun dapat dipakai selama masa pemulihan setelah serangan strok atau penyembuhan dari cedera olahraga, biasanya dikombinasikan dengan ragam terapi lainnya termasuk program latihan fisik dan metoda-metoda medis.

Dalam penerapannya, perlu mempertimbangkan keamanan untuk pasien. Pastikan tak ada kontradiktif terkait dengan situasi kesehatan pasien yang bakal menjalani bekam. Perihal ini harus diamati dari tahap awal sebelum melakukan bekam, misalnya kesinambungan mengenai hal tersebut. informed consent , juga berhubungan dengan ketidaksanggupan reproduksinya.

Setiap aktivitas yang dijalankan, seperti prosedur medis, perlu mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP). Berdasarkan prinsip ini, bekam sebaiknya tidak hanya dilihat sebagai terapi alternatif, melainkan menjadi elemen penting dalam pendekatan pengobatan multi-modal untuk rehabilitasi medis.

Menuju Bekam Berbasis Evidens dan Berstandar Medis

Agar bekam dapat diintegrasikan ke dalam praktik klinis, beberapa langkah perlu dilakukan, seperti penyusunan panduan klinis ( clinical guidelines Berdasarkan bukti. Ini sangat penting karena perlu adanya panduan resmi yang menetapkan petunjuk penggunaan, batasan-batasannya, metode penerapan, serta pemantauan efek samping dari bekam agar bisa diterapkan sebagai salah satu bentuk terapi.

Berikutnya, diperlukan pelatihan serta sertifikasi oleh lembaga resmi bagi staf medis dalam bidang bekam. Para dokter dan terapis yang akan melaksanakan prosedur bekam harus mengikuti program pelatihan formal seputar bekam medis. Pelatihan tersebut mencakup beragam hal seperti metode sterilisasi, pengetahuan anatomi, hingga pengelolaan komplikasi yang mungkin timbul.

Langkah selanjutnya ialah melakukan riset lebih jauh melalui tes non-klinik atau klinik sebab studi tentang bekam medis masih sangat jarang. Penting pula untuk mengadakan penelitian yang membandingkan metode ini dengan teknik-teknik lain yang telah umum digunakan di bidang KFR serta menelaah aspek-aspek pada level molekulir.

Sejalan dengan seluruh tahapan yang disebutkan, dianjurkan agar bekam medis ini dimasukkan ke dalam kerangka layanan sistem kesehatan nasional. BPJS Kesehatan dapat mengambil pertimbangan tentang cakupannya untuk metode bekam apabila telah tersedia bukti yang cukup, terlebih lagi berkaitan dengan hal itu. cost-effetivenerss.

Terapis bekam mempunyai kemungkinan yang sangat baik untuk digunakan secara efektif bila dikembangkan menggunakan metode ilmiah. Lewat standarisasi, pemberian latihan bagi petugas kesehatan, serta melakukan riset tambahan, bekam bisa dimasukkan ke dalam perawatan di ranah Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi.

Tindakan ini bukan saja menguatkan kepercayaan publik pada BEKAM, namun juga menjamin bahwa masyarakat mendapat perawatan yang aman, efektif, dan terstandar. Saatnya BEKAM tak cuma dipandang sebagai bagian dari warisan budaya, melainkan bertransformasi jadi metode pengobatan yang diterima dalam praktik kedokteran kontemporer.

Penulis blog

Tidak ada komentar