
NOIS.CO.ID -- - Pengaruh kebijakan tariff milik Trump ternyata tak terbatas pada negeri di luar Amerika Serikat (AS). Namun, dampaknya pun dirasakan dalam negeri AS itu sendiri. Bahkan, dengan pernyataan tentang bea masuk yang dilontarkan oleh Donald Trump, hal ini sempat menciptakan gejolak. panic buying di kalangan warga AS.
Melansir Carscoops , Kamis (8/5), para pembeli di Amerika justru semakin cemas bahwa harga mobil baru bisa melambung tinggi. Ketidaknyamanan ini sudah mendorong banyak individu untuk langsung membeli kendaraan baru guna menghindari peningkatan biaya yang tidak dapat dicegah tersebut.
Akhirnya, penjualan kendaraan bermotor baru naik tajam di setiap wilayah negara kemarin. Kinerja ini sangat menggembirakan hingga sejumlah perusahaan otomotif mencatat kenaikan angka dengan dua digit.
Walaupun sejumlah pabrikan mobil belum merilis data penjualannya untuk bulan April, banyak perusahaan, seperti halnya Ford, sudah membeberkannya. Ford menyatakan bahwa mereka menjalani periode yang luar biasa, dengan total terdistribusinya 207.713 unit dari kedua merek yaitu Lincoln maupun Ford.
Angka tersebut menunjukkan kenaikan sebesar 16,3 persen jika dibandingkan dengan bulan April tahun 2024. Di samping itu, Honda Amerika pun mendapat manfaat dari lonjakan kebutuhan konsumen.
Penjualan untuk semua model Acura dan Honda mengalami kenaikan sebesar 18,1% bulan lalu dengan total 137.656 unit telah terjual. Sama halnya dengan Hyundai-Kia yang mencatatkan pertambahan penjualan hingga 16,3%, setara dengan 162.615 unit dalam periode tersebut.
Kemajuan Mazda melebihi para kompetitornya, mencapai total penjualan sebanyak 37.660 unit kendaraan, naik 21 persen.
Penjualannya Toyota pun meningkat bulan lalu, dengan kenaikan sebesar 7,9% mencapai total 197.871 unit, sedangkan penjualan Lexus naik tajam hingga ke angka 35.174.
Volvo pun mengabarkan kenaikan penjualannya sebanyak 5,2 persen dan Subaru mencatatkan pertambahan penjualan untuk periode 33 bulan secara beruntun.
Walaupun begitu, penjualan Subaru hanya meningkat sedikit sebesar 0,3% dibandingkan dengan bulan April tahun 2024, menandakan hal yang memprihatinkan untuk merk asal Jepang itu apabila kita melihatnya dalam konteks yang lebih luas.
Jonathan Smoke dari Cox Automotive menegaskan bahwa tingginya biaya serta ketidakpastian tentang kenaikan harga sudah mendorong ledakan dalam penjualan, di mana para konsumen berlomba-lomba untuk membeli sebelum efek sepenuhnya dari tarif tersebut dirasakan. Menurut Smoke, "Para konsumen ingin mengunci pembelian mereka sebelum harganya semakin meningkat."
Banyak perusahaan otomotif dengan cepat mengamankan harga sampai bulan Mei dan Juni, dan tentunya, konsumen memanfaatkannya semaksimal mungkin. Smoke percaya bahwa " pasar sudah mencapai titik tertingginya," dan penjualannya cenderung belum berpotensi untuk merosot.
"Sepertinya pasar sudah mencapai puncaknya, dan menurut pendapatku hal tersebut benar adanya, di mana puncak ini ditandai dengan ketersediaan produk yang terbatas serta harga yang naik," jelasnya kepada Auto News .
"Berbeda dari situasi pada tahun 2021, konsumen kini enggan serta tak dapat lagi membeli kendaraan bermotor meskipun harganya di mana saja. Segera industri dan Gedung Putih akan belajar mengenai fenomena yang dikenal oleh para ahli ekonomi sebagai elastisitas harga," jelas Smoke.
Tidak ada komentar