PR JATENG — Kardinal Robert Francis Prevost dari Chicago secara resmi dipilih menjadi Paus ke-267 bagi Gereja Katolik Romawi dan mengambil nama Paus Leo XIV. Pemilihan ini membuka babak baru dalam sejarah karena untuk pertama kalinya warganegara AS duduk di Takhta Suci. Proses pemilihan selesai dengan cepat, yakni hanya membutuhkan empat ronde voting dalam dua hari konsili di Kapel Sistina.
Arti Di Balik Nama "Leo XIV"
Nama "Leo XIV" tidak hanya bersifat simbolik, tetapi juga menggambarkan rasa hormat yang dalam kepada Paus Leo XIII (1878-1903). Paus Leo XIII diingat sebagai sosok yang menghubungkan doktrin gereja dengan perkara-perkara zaman moden, khususnya lewat ensiklika-ensiklikanya. Rerum Novarum Tahun 1891 yang memperjuangkan hak-hak pekerja serta kesetaraan sosial. Enskripsi ini menandai titik permulaan doktrin sosial Gereja Katolik.
Paus Leo XIII terkenal dengan julukan "Paus Rosario" lantaran telah mengeluarkan sepuluh satu ensiklik yang berfokus pada Rosario serta mendukung pemujaan kepada Marya. Dia mencoba membangkitkan kembali ajaran Santo Thomas Aquinas sebagai fondasi teologi gerejawi.
Profili Paus Leo XIV: Seorang Misiwan dan Pengelola Gereja
Paus Leo XIV, yang dilahirkan pada tanggal 14 September 1955 di Chicago, Illinois, membawa berbagai macam pengalaman global ke dalam tanggung jawabnya. Sebagai bagian dari Ordo Santo Agustinus, dia mengabdikan waktu selama lebih dari sepuluh tahun untuk misi di Peru, dengan posisi terakhir sebagai Uskup Chiclayo. Tahun 2023, dia dilantik menjadi Prefek Dikasteri untuk Para Uskup, jabatan vital yang bertanggung jawab atas penunjukan uskup di berbagai belahan dunia. .
Pada pengucapan pertamanya di balkon Basilika Santo Petrus, Paus Leo XIV memberi kata-kata pendek tapi berbobot: "Damai bagi semua orang!" Dia juga berkomunikasi dalam bahasa Spanyol, menunjukkan penghargaan terhadap asal-usul tugasnya di Amerika Latin.
Masa Depan: Harapan serta Tantangannya
Sebagai pemimpin gerejawi pertama di Amerika Serikat, Paus Leo XIV harus menangani kesulitan signifikan untuk mempertahankan kebersaman jemaat yang terus bertambah bervariasi serta menghadapi masalah-masalah dunia seperti sekulerisasi dan penurunan jumlah calon pastor. Meski demikian, mengingat pengalamannya di kancah internasional serta kesetiaan pada layanan, banyak orang menantikan dia untuk memimpin Gereja Katolik ke dalam masa depan yang dipenuhi harapan dan perubahan.
Dengan mengambil nama Leo XIV, Paus Prevost sepertinya bertujuan untuk meneruskan jiwa pembaruan dan transparansi yang ditinggalkan oleh Paus Leo XIII, menjadikan Gereja Katolik lebih dekat dengan jemaah di setiap penjuru dunia. ***
Tidak ada komentar