NOIS.CO.ID.CO.ID, ST PETERSBURG -- Presiden Republik Indonesia (RI), Prabowo Subianto, menegaskan kemandirian pangan merupakan prioritas tertinggi pemerintahannya. Terutama dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.
Hal ini disampaikannya dalam pidato kenegaraan di St Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025. Acara tersebut dihadiri oleh para pemimpin dunia dan tokoh ekonomi lintas kawasan. Prabowo mengatakan kewajiban pertama sebuah pemerintahan adalah melindungi rakyatnya dari kelaparan, kemiskinan, dan kesengsaraan akibat lingkungan yang menantang.
Dia menerapkan prioritas tersebut melalui berbagai kebijakan di kabinet Merah Putih. Ada tujuan besar yang ditargetkan. Apalagi jika bukan mencapai swasembada pangan.
"Oleh karena itu, saat saya mengambil alih pemerintahan, prioritas utama saya adalah mewujudkan swasembada pangan," kata Presiden, dikutip Senin (23/6/2025).
Prabowo berbicara di forum internasional bergengsi. Forum yang mempertemukan pemimpin dari Barat, Timur, dan Global South. Kepala Negara menggambarkan urgensi pembangunan pertanian nasional dalam konteks pertumbuhan penduduk Indonesia yang pesat.
"Setiap tahun, ada lima juta warga baru yang harus diberi makan. Itu berarti, setiap tahun, Indonesia harus menyediakan pangan bagi satu negara sebesar Singapura,” katanya, juga tertulis dalam keterangan resmi Kementerian Pertanian.
Presiden menyampaikan pencapaian di sektor pertanian selama tujuh bulan masa pemerintahannya. Menurutnya, Indonesia telah meningkatkan produksi beras dan jagung sekitar 50 persen. Kemudian saat ini cadangan beras nasional di gudang pemerintah mencapai 4,4 juta ton. Itu cadangan terbesar dalam sejarah RI.
Capaian demikian, jelas Kepala Negara, merupakan hasil dari kebijakan efisiensi, pemberantasan korupsi, serta deregulasi yang memangkas aturan-aturan tidak efektif di sektor pertanian dan distribusi pangan. Prabowo menekankan perlunya filsafat pembangunan nasional yang tidak hanya mengikuti arus ekonomi global, tetapi disesuaikan dengan kondisi dan budaya lokal. Ia mengkritisi dampak negatif dari dominasi ideologi pasar bebas yang dalam beberapa dekade terakhir diikuti oleh banyak negara Asia Tenggara.
"Kami tidak akan mengikuti satu kutub ekstrem. Kami memilih jalan tengah, menggabungkan semangat inovasi kapitalisme dan peran intervensi pemerintah untuk melindungi yang lemah," ujarnya.
Dalam konteks pertanian, hal ini berarti keberpihakan negara kepada petani kecil, subsidi dan dukungan produksi, serta proteksi dari ketimpangan pasar. Menurutnya, negara ingin memastikan bahwa kesuksesan ekonomi tidak hanya dinikmati oleh 1 persen orang terkaya. "Kita ingin kesejahteraan dinikmati oleh sebanyak-banyaknya rakyat," kata Presiden, mengutip filosofi yang dianut pemerintahannya, " Kebaikan terbesar untuk yang terbanyak .”
Prabowo menekankan pentingnya kolaborasi internasional, termasuk melalui keanggotaannya di BRICS dan New Development Bank. Hal ini dinilai dapat memperkuat investasi dan kerja sama dalam pembangunan sektor pangan dan energi.
Pidato ini menjadi sinyal kuat, di bawah kepemimpinan Prabowo, sektor pertanian akan menjadi tulang punggung utama dalam membangun kemandirian bangsa dan menghadapi tantangan global. Dengan pendekatan yang mengedepankan keadilan, efisiensi, dan keberpihakan pada petani, Indonesia diharapkan dapat meraih swasembada pangan berkelanjutan dalam waktu dekat.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan, pemerintah sesuai dengan Astacita Presiden Prabowo memfokuskan pada kemandirian pangan. Hal ini demi menjaga kesiapan Indonesia memainkan peran yang lebih besar dalam sistem pangan global. Menurut Amran, banyak negara sedang mengalami tekanan pangan, sementara di tanah air justru mencatatkan peningkatan produksi signifikan.
"Pemerintah melalui berbagai kebijakan menempatkan kedaulatan pangan sebagai prioritas utama. Kita tidak lagi hanya bicara swasembada, tapi sudah bicara kedaulatan," kata Menteri Pertanian.
According to him, with the results seen currently, Indonesia is indirectly ready to take on a larger role. This means, it is not only focused on national needs, but more than that, there is an effort to contribute to the world food system.
Redaksi
Tidak ada komentar