Beranda
NEWS
Ditemukan Alasannya Mengapa AS Meminta 'Bantuan' China agar Iran Tidak Tutup Selat Hormuz
Redaksi
Juni 23, 2025

Ditemukan Alasannya Mengapa AS Meminta 'Bantuan' China agar Iran Tidak Tutup Selat Hormuz

NOIS.CO.ID.CO.ID, MOSKOW - Kemungkinan penutupan Selat Hormuz oleh Iran tidak akan menyelamatkan negara mana pun dari dampak gejolak harga minyak. Menurut lembaga Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF) Kirill Dmitriev, dampak penutupan Selat Hormuz juga akan sangat merugikan Amerika Serikat (AS).

Pihak berwenang Iran telah beberapa kali menyatakan bahwa mereka berhak menutup Selat Hormuz dalam merespons serangan Israel. Parlemen Iran pada Ahad sepakat bahwa Selat Hormuz harus ditutup, kata Esmail Kowsari, yang merupakan anggota Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri parlemen.

"Harga minyak ditetapkan secara global. Jika Selat Hormuz ditutup, AS tidak akan luput. Tidak ada yang kebal terhadap guncangan minyak global - harga di stasiun pengisian bahan bakar akan (melonjak)," kata Dmitriev X .

Menurut data perdagangan, hingga Ahad pukul 23.48 waktu setempat, minyak mentah Brent diperdagangkan naik 2,45 persen senilai 77,33 dolar AS (sekitar Rp1,27 juta) per barel di tengah meningkatnya konflik antara Iran dan Israel.

Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Mike Pompeo sebelumnya meminta China mendorong Iran agar tidak menutup Selat Hormuz. Parlemen Iran dikabarkan telah setuju untuk menutup jalur strategis pengiriman minyak tersebut setelah AS melancarkan serangan ke fasilitas nuklir Iran.

Katakanlah Rubio ketika diwawancara, 'Saya mendorong Pemerintah China di Beijing untuk menghubungi mereka (Iram) tentang hal itu (potensi penutupan Selat Hormuz), karena mereka sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk minyak mereka,' Fox News dalam program "Sunday Morning Futures with Maria Bartiromo” pada Ahad (22/6/2025).

Dia juga memperingatkan Iran agar tidak menutup Selat Hormuz. Menurut Rubio, itu akan menjadi kesalahan besar. "Itu merupakan bunuh diri ekonomi bagi mereka jika mereka melakukannya. Dan kami memiliki pilihan untuk mengatasinya," katanya.

Rubio menilai, negara-negara lain juga harus mempertimbangkan cara untuk menghadapi skenario jika Selat Hormuz ditutup oleh Iran. "Negara-negara lain juga harus mempertimbangkannya. Itu akan merugikan ekonomi negara lain jauh lebih buruk daripada ekonomi kita," ucapnya.

Menurut Rubio, jika Iran menutup Selat Hormuz, hal itu bakal menjadi eskalasi besar-besaran yang akan membutuhkan respons dari AS dan negara-negara lain. Terkait pernyataan Rubio, Kedutaan Besar China di Washington belum memberikan tanggapan.

Terkait serangan militer ke fasilitas nuklirnya, Iran sudah sesumbar akan melancarkan balasan ke AS. Namun Rubio memperingatkan agar Teheran tidak mengambil langkah demikian. Rubio menekankan, aksi balasan bakal menjadi kesalahan terburuk yang dilakukan Iran.

Parlemen Iran dilaporkan telah menyetujui penutupan Selat Hormuz. "Parlemen telah mencapai kesimpulan bahwa Selat Hormuz harus ditutup, namun keputusan akhir mengenai hal ini ada di Dewan Keamanan Nasional Tertinggi," kata Komandan Garda Revolusi Ismail Kowsari, anggota Komisi Keamanan Nasional Parlemen.

Wacana penutupan Selat Hormuz muncul setelah AS melancarkan serangan udara ke fasilitas nuklir Iran. Teluk Persia adalah perairan yang berbatasan dengan Iran, Irak, Arab Saudi, Bahrain, Qatar, Uni Emirat Arab (UEA), dan Oman. Teluk itu meliputi area seluas sekitar 87 ribu mil persegi dengan kedalaman maksimum 100 meter. Dan Selat Hormuz adalah satu-satunya jalur maritim untuk keluar dari teluk tersebut.

Peran Selat Hormuz tak diragukan lagi sangat penting, tidak hanya untuk keamanan regional, tapi juga ekonomi global. Selat Hormuz telah menjadi rute pelayaran vital yang menghubungkan produsen minyak Timur Tengah ke pasar Asia, Eropa, Amerika Utara, dan sekitarnya.

Selat tersebut memiliki lebar 33 kilometer pada titik tersempitnya. Namun jalur pelayaran hanya selebar tiga kilometer di kedua arah. Belasan juta barel minyak mentah yang diangkut kapal tanker melintasi Selat Hormuz setiap harinya.

Selain minyak, Selat Hormuz juga merupakan rute yang digunakan untuk hampir semua gas alam cair (LNG) yang diproduksi oleh eksportir LNG terbesar di dunia, Qatar. Menurut situs Maritime Executive, Qatar mengekspor 3,7 miliar kaki kubik LNG per tahun melalui selat itu.

Setiap kapal yang melintasi Selat Hormuz, termasuk kapal perang AS, harus melakukan kontak dengan angkatan laut Iran, baik Angkatan Laut Reguler Iran maupun Angkatan Laut Garda Revolusi Iran. Kapal-kapal masuk melalui perairan Iran. Mereka keluar melewati perairan teritorial Oman.

Penulis blog

Tidak ada komentar