Beranda
berita
ekonomi
masyarakat
olahraga
pemerintah
Mayoritas pemain judi online memiliki penghasilan di bawah Rp 5 juta dan sudah menikah
Redaksi
Agustus 07, 2025

Mayoritas pemain judi online memiliki penghasilan di bawah Rp 5 juta dan sudah menikah

Mayoritas pemain judi online memiliki penghasilan di bawah Rp 5 juta dan sudah menikah

NOIS.CO.ID, JAKARTA- Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Firman Hidayat mengungkap profil pemain judi online.

Pemetaan profil pemain judi online ini dilakukan Firman dan DEN berdasarkan berbagai hasil studi dari berbagai negara.

Kemudian, ia sesuaikan dengan data yang dimiliki Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).

Judul online merupakan bentuk perjudian yang dilakukan melalui internet, di mana pemain memasang taruhan uang pada permainan digital seperti mesin slot, poker, togel, atau taruhan olahraga.

Meskipun terlihat mudah dan menarik, praktik ini memiliki dampak sosial, ekonomi, dan hukum yang sangat serius.

   

Mengacu pada data PPATK, Firman mengatakan rata-rata pemain judi online adalah seorang pria berusia 30 hingga 50 tahun.

Di Hong Kong, tren pemain judi muda meningkat seiring dengan peningkatan judi online.

Pemain judi online di negara ini memiliki kemungkinan kecanduan yang lebih tinggi 1,5 hingga 3,2 kali.

"Mereka biasanya mulai dari usia muda. Di Swedia bahkan sudah mulai pada usia 15 tahun," katanya dalam acara diskusi bertajuk "Strategi Nasional Memerangi Kejahatan Finansial" di Jakarta, Selasa (5/8/2025).

Berdasarkan studi di New York, Amerika Serikat (AS), ia mengatakan bahwa para pemain judi ini adalah mereka yang memiliki pendapatan rendah.

Firman menyebut pemain judi online ini rata-rata merupakan pekerja kerah biru.

Jika merujuk pada data PPATK, 70,7 persen pemain judi online berasal dari pekerja dengan penghasilan rendah (Rp 0 - 5 juta).

"Orangnya berasal dari kelompok yang pendapatannya rendah, areanya juga dari area yang relatif kumuh dan lain-lainnya," kata Firman.

Kemudian, berdasarkan studi yang dikumpulkan Firman, pemain judi rata-rata sudah menikah.

Itulah yang membuat banyak kasus kekerasan dalam rumah tangga terjadi akibat perjudian.

Ini sering terjadi di berbagai negara selain Indonesia.

Firman mengungkap sebuah penelitian dari Taiwan yang menunjukkan bahwa penolakan untuk menyerahkan uang untuk perjudian atau alkohol dapat menyebabkan kekerasan dalam rumah tangga.

Bahkan, ada sebuah perhitungan di Australia, di mana berbagai masalah hubungan keluarga menyumbang 65 persen dari total biaya perjudian.

PPATK melaporkan setelah pembekuan rekening dormant, deposit judi online (judol) langsung menurun.

Kepala PPATK Ivan Yustiavandana menjelaskan bahwa pada April 2025, deposit perjudian online mencapai Rp 5 triliun, tetapi jumlah tersebut terus menurun.

Pada Juni 2025, data PPATK menunjukkan nilai deposit judi hanya Rp 1 triliun.

Nilai deposit perjudian online (Judol) anjlok lebih dari 70 persen pada periode April hingga Juni 2025.

"Daripada lebih dari 5 triliun Rupiah menjadi hanya lebih dari 1 triliun Rupiah," katanya.

Penurunan juga terjadi pada jumlah transaksi perjudian online.

Pada April 2025, frekuensi transaksi judi mencapai 33,23 juta kali transaksi.

Angka itu menurun menjadi hanya sebesar 2,79 juta transaksi pada Juni 2025

"Ini kan semua hasil positif, sesuai Asta Cita dan Indonesia Emas," kata Ivan.

Perputaran uang dari praktik judi online di Indonesia diperkirakan bisa mencapai Rp 1.200 triliun pada akhir tahun 2025.

Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan tanda bahaya bahwa kejahatan siber telah berkembang melebihi kemampuan pendekatan konvensional.

Kepala PPATK Ivan Yustiavandana menegaskan bahwa sistem lama sudah tidak relevan lagi untuk menghadapi kompleksitas kejahatan finansial berbasis teknologi.

Menurutnya, diperlukan sinergi lintas sektor mulai dari regulator, pelaku industri, hingga masyarakat sipil untuk menutup celah penyalahgunaan teknologi keuangan.

"Upaya-upaya ini dapat memperkuat integritas ekosistem digital dan mempersempit celah penyalahgunaan teknologi keuangan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab," kata Ivan. (Tribun Network/daz/wly)

Penulis blog

Tidak ada komentar