Beranda
bahan kimia
bisnis
ekonomi
Keberlanjutan
teknologi
Perusahaan dan Asosiasi Mengungkap Tantangan dan Peluang Industri Kimia pada Semester II-2025
Redaksi
Agustus 11, 2025

Perusahaan dan Asosiasi Mengungkap Tantangan dan Peluang Industri Kimia pada Semester II-2025

NOIS.CO.ID.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan dan pelaku industri mengungkap tantangan dan peluang sektor kimia pada semester II-2025. Sebagian tetap memasang mode waspada seiring tekanan yang membayangi di pasar dalam negeri maupun faktor global.

Secara agregat, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat industri kimia, farmasi, dan obat tradisional tumbuh 9,39% secara tahunan pada triwulan II-2025.

Menurut BPS, pertumbuhan tersebut sejalan dengan peningkatan permintaan domestik terhadap produk farmasi dan obat tradisional, serta permintaan luar negeri terhadap bahan dan barang kimia.

Namun, untuk industri kimia, realitas di lapangan pada semester I-2025 tidak seindah angka yang tercantum.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiyono mengungkapkan kondisi industri kimia hulu cenderung tertekan pada separuh pertama tahun ini.

Fajar menyoroti dampak dari barang impor yang membanjiri pasar dalam negeri, terutama produk bahan baku plastik dari Tiongkok. Kondisi ini menekan tingkat utilisasi industri kimia di dalam negeri yang kini sedang tertekan di sekitar tingkat 70%.

Tekanan juga datang dari melemahnya daya beli yang menurunkan permintaan di sejumlah sektor.

Selain itu, ada dampak dari faktor eksternal berupa kenaikan harga minyak mentah dunia dan eskalasi geopolitik, terutama di Timur Tengah, yang membawa kendala pada rantai pasok bahan baku.

Fajar menggambarkan, tekanan tersebut bahkan membuat salah satu pabrik anggota Inaplas menghentikan kegiatan produksinya.

"Jika dibandingkan tahun lalu (kinerja industri kimia) tidak terlalu baik. Impor sangat banyak dari Tiongkok. Jika daya beli semakin turun, kami juga khawatir utilisasi juga akan menurun," jelas Fajar saat dihubungi NOIS.CO.ID.co.id, Jumat (8/8).

Memasuki semester kedua, Fajar berharap adanya perlindungan dari banjir produk impor, terutama dari Tiongkok.

Sekaligus dorongan untuk meningkatkan daya beli dan konsumsi masyarakat, sehingga dapat kembali menggairahkan permintaan dari pasar dalam negeri. Dengan demikian, utilisasi industri kimia diharapkan akan kembali meningkat.

"Kami berharap banyak dari pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri agar utilisasi bisa meningkat, terutama di industri hilir dan industri menengah. Sebenarnya potensi untuk naik masih ada, tapi bagaimana pemerintah mendorong daya beli, terutama di sektor manufaktur," kata Fajar.

Dalam wawancara terpisah, Ketua Umum Asosiasi Industri Kimia Khusus Indonesia (AIKKI) Ridwan Adipoetra menyoroti kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Penetapan aturan TKDN terbaru diharapkan akan membuka peluang besar bagi industri kimia nasional untuk meningkatkan penjualan dalam negeri.

Melalui reformasi TKDN, pelaku industri berharap produk dengan kandungan lokal tinggi akan lebih kompetitif, terutama dalam pengadaan pemerintah dan BUMN.

Sementara untuk pasar ekspor, Ridwan melihat ada peluang dari kebijakan tarif timbal balik Amerika Serikat (AS).

Menurut Ridwan, tarif impor yang lebih tinggi terhadap produk kimia dari negara pesaing seperti Tiongkok memberikan keunggulan kompetitif bagi produk Indonesia yang berorientasi ekspor. Dengan demikian, ada peluang untuk memperluas pangsa pasar ke Amerika Serikat.

Selanjutnya, anggota AIKKI telah mengekspor produk kimia ke berbagai kawasan. Mencakup Eropa, Amerika, Asia, Timur Tengah, Afrika, dan Australia.

"Respons positif dari Kementerian Perdagangan terhadap permintaan kami untuk mendorong ekspor ke negara-negara tujuan anggota AIKKI. Potensi pembukaan akses pasar baru dan fasilitasi promosi produk kimia Indonesia di luar negeri," kata Ridwan.

Meski di sisi lain, pemerintah dan pelaku industri perlu semakin waspada terhadap banjir produk impor dari Tiongkok ke pasar dalam negeri. Dengan demikian, Ridwan menyoroti perlunya strategi proteksi, peningkatan kualitas serta efisiensi produksi di dalam negeri.

Strategi Perusahaan Kimia

Secara bisnis, sejumlah perusahaan terbuka yang bergerak di industri kimia menunjukkan kinerja yang bervariasi sepanjang paruh pertama tahun ini. Mengacu pada laporan keuangan, pemain utama di sektor industri petrokimia, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) mengalami peningkatan pendapatan.

Perusahaan dari Grup Barito milik taipan Prajogo Pangestu ini mampu membalikkan kerugian menjadi kembali meraih laba bersih.

Selain dampak dari strategi ekspansi dan diversifikasi bisnis, kontribusi segmen kimia sebagai pilar bisnis utama TPIA juga mengalami pertumbuhan signifikan.

Pendapatan dari segmen kimia TPIA melonjak 118,5% secara tahunan dari US$ 819,3 juta menjadi US$ 1,79 miliar. Peningkatan kinerja TPIA secara keseluruhan disebabkan oleh akuisisi Aster Chemicals and Energy Pte. Ltd. dari Shell pada 1 April 2025.

Akuisisi tersebut memungkinkan TPIA untuk memasuki bisnis kilang serta memperluas lini produk di segmen kimia.

Direktur Sumber Daya Manusia dan Urusan Korporat Chandra Asri Pacific, Suryandi mengungkapkan bahwa segmen bisnis kimia TPIA menunjukkan kinerja operasional yang kuat pada semester I-2025.

"Produksi dan penjualan produk berjalan stabil, dengan pemanfaatan fasilitas produksi yang optimal untuk memenuhi permintaan pasar domestik dan regional. Untuk memperkuat kinerja, sejak awal tahun Chandra Asri Group telah melakukan diversifikasi dan transformasi bisnis ke sektor energi, kimia dan infrastruktur," kata Suryandi.

Meski tampil mengesankan di paruh pertama, tetapi TPIA menyadari bahwa sektor petrokimia sedang menghadapi banyak tantangan. Terutama datang dari faktor global seperti volatilitas harga bahan baku dan ketidakpastian geopolitik.

Di tengah tantangan tersebut, Suryandi berharap ada dorongan dari pasar dalam negeri, dengan ekspektasi stabilitas pertumbuhan ekonomi dan konsumsi masyarakat.

"Dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan konsumsi masyarakat, kebutuhan produk petrokimia di berbagai sektor industri hilir diperkirakan akan meningkat," kata Suryandi.

Perusahaan yang bergerak di bisnis bahan kimia, PT Chemstar Indonesia Tbk (KIMIA) juga mengalami peningkatan kinerja. Penjualan CHEM tumbuh 13,48% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 106,97 miliar pada semester I-2025.

Direktur Chemstar Indonesia, Wenty Akbar Rasjid mengungkapkan pendapatan CHEM berasal dari tiga unit bisnis. Meliputi bahan kimia untuk sektor tekstil, pertanian (agro) dan energi.

Dua puluh orang menyoroti permintaan bahan kimia untuk sektor tekstil yang sedang tertekan. Pendapatan CHEM dari sektor tekstil mengalami penurunan sekitar 20%. "Saat ini industri tekstil menghadapi tekanan yang sangat berat. Namun untuk industri energi dan agro, peluang masih terlihat cerah," kata Wenty.

Oleh karena itu, fokus CHEM pada semester II-2025 adalah mengeksplorasi peluang dari permintaan di sektor energi dan agro di pasar dalam negeri. Peluang di sektor agro didorong oleh upaya pemerintah mencapai swasembada pangan.

Sementara itu, penopang di sektor energi adalah target untuk meningkatkan lifting minyak. "Outlook kimia di industri agro dan energi masih cerah, namun juga harus meningkatkan inovasi dan bersaing dengan produk-produk yang mengandung faktor high-tech," jelas Wenty.

Direktur & Sekretaris Perusahaan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) Suresh Vembu juga melihat peluang dari permintaan produk kimia dari industri dalam negeri. Suresh mengatakan bahwa bisnis kimia dasar AKRA melayani industri-industri kritis yang berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi nasional.

AKRA secara intensif meningkatkan kapasitas terminal tangki di lokasi-lokasi strategis sesuai kebutuhan pelanggan industri.

"Kami memastikan pasokan yang berkelanjutan bagi pelanggan, karena ketersediaan pasokan adalah faktor krusial di tengah persaingan global dan kondisi ekonomi yang kompetitif," kata Suresh.

Peluang lain datang dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) di Gresik.

Suresh menyampaikan, KEK JIIPE Gresik terus berkembang menjadi ekosistem industri, khususnya di sektor pengolahan hilir tembaga, kimia, dan energi terbarukan.

Perkembangan ini membuka peluang bagi AKRA untuk menambah pelanggan baru di segmen kimia dasar.

"Tim manajemen secara proaktif menangkap peluang dari pelanggan baru, terutama yang terlibat dalam program hilirisasi mineral dan pengembangan ekosistem industri tembaga, kimia, serta energi terbarukan di KEK JIIPE Gresik," kata Suresh.

Penulis blog

Tidak ada komentar