Beranda
economics
investing
investing business news
investing news
money
Lebih Hemat dari Emas, Investasi Ini Buktikan Potensi Cuannya Luar Biasa
Redaksi
Mei 09, 2025

Lebih Hemat dari Emas, Investasi Ini Buktikan Potensi Cuannya Luar Biasa

jabar.NOIS.CO.ID -- , KOTA BOGOR - Sejak dahulu hingga sekarang emas dan logam mulia merupakan salah satu aset yang kerap kali dijadikan sebagai investasi jangka panjang oleh masyarakat.

Selain memilik nilai yang tergolong stabil, investasi emas dan logam mulia juga cukup menjanjikan. Sebab harga keduanya selalu naik dari tahun ke tahun.

Namun saat ini, harga emas dan logam mulia sedang meroket, bahkan satu gram emas logam mulia Antam harganya sudah mencapai sekitar Rp 2 juta.

Hal ini tentu menjadi salah satu masalah serius, bagi Anda yang ingin memulai investasi emas dan logam mulia, terlebih untuk Gen Z yang memang memiliki kekuatan finansial yang terbatas.

Guru Besar Ekonomi dan Manajemen Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, Prof. Dr. Renea Shinta Aminda, S.E., M.M., menjelaskan selain investasi emas dan logam mulia, logam perak juga cukup menjanjikan, terlebih untuk warga yang memiliki keterbatasan finansial.

Prof Renea menuturkan meski tidak sepopuler emas, logam perak memiliki prospek yang cukup menjanjikan sebagai alternatif investasi.

Salah satu keunggulan utama perak terletak pada penggunaannya yang luas dalam sektor industri, termasuk dalam produksi panel surya, kendaraan listrik, dan perangkat elektronik.

Menurut laporan Silver Institute, sekitar 50 persen permintaan global terhadap perak berasal dari kebutuhan industri, dan angka ini diprediksi akan terus tumbuh seiring dengan pergeseran dunia ke arah energi terbarukan dan teknologi bersih.

Harga perak sendiri cenderung lebih volatil dibanding emas, tetapi hal ini justru memberikan potensi keuntungan yang lebih besar dalam jangka menengah hingga panjang.

Misalnya, selama periode awal pandemi di tahun 2020, harga perak dunia sempat melonjak dari USD 13 per troy ounce menjadi lebih dari USD 27 hanya dalam waktu sekitar lima bulan, kenaikan lebih dari 100 persen.

Potensi kenaikan ini sering kali dikaitkan dengan rasio harga emas terhadap perak (gold-silver ratio) yang masih berada di atas rata-rata historis.

Bila rasio ini kembali ke tingkat yang lebih seimbang, maka perak diperkirakan akan mengalami apresiasi nilai yang signifikan.

Meski demikian, perlu disadari bahwa investasi perak juga memiliki risiko yang lebih tinggi karena harganya cenderung lebih mudah terpengaruh oleh sentimen pasar dan fluktuasi industri.

"Oleh karena itu, perak lebih cocok bagi Gen Z yang memiliki toleransi risiko lebih besar dan mencari peluang pertumbuhan investasi yang lebih agresif," kata Prof Renea kepada NOIS.CO.ID --dikutip Selasa (6/5).

Secara keseluruhan, baik emas maupun perak memiliki daya tarik tersendiri bagi generasi Z.

Emas menawarkan stabilitas, kemudahan akses, dan imbal hasil jangka panjang yang konsisten, menjadikannya fondasi yang solid dalam portofolio investasi.

Di sisi lain, perak menawarkan kesempatan untuk beragam dalam investasi karena memiliki prospek pertumbuhan yang signifikan, didorong oleh peningkatan kebutuhan pasar dunia.

Keduanya dapat menjadi bagian dari strategi investasi yang cerdas bagi Gen Z, tergantung pada tujuan finansial dan profil risiko masing-masing individu.

Prof Renea memaparkan dalam satu dekade terakhir, harga logam perak mengalami fluktuasi yang signifikan namun tetap menunjukkan tren pemulihan yang menjanjikan.

Berdasarkan data dari Trading Economics, harga perak sempat menyentuh kisaran US$30 per ounce pada tahun 2013, lalu turun drastis hingga menyentuh US$14–15 per ounce pada 2015 akibat tekanan ekonomi global.

Periode 2016 hingga 2019 memperlihatkan stabilitas harga, tetapi lonjakan kembali terjadi pada 2020 saat pandemi Covid-19, mencapai hampir US$29 per ounce karena tingginya permintaan dan gangguan pasokan.

Hingga awal 2025, harga perak berada di kisaran US$27–28 per ounce dan menunjukkan potensi untuk kembali melampaui US$30, sejalan dengan meningkatnya permintaan industri dan investasi.

"Tren ini menjadi dasar optimisme sejumlah analis pasar keuangan, seperti dari Octa Broker, yang menilai prospek investasi logam perak cukup menjanjikan ke depan," jelasnya.

Perak memiliki peran ganda sebagai aset lindung nilai dan sebagai komoditas industri penting.

Kebutuhan akan logam mulia diproyeksikan semakin bertambah sejalan dengan pertumbuhan bidang energi ramah lingkungan (misalnya panel surya), kendaraan bermotor berbasis listrik, dan juga sektor teknologi canggih.

Berdasarkan data dari The Silver Institute pada tahun 2024, konsumsi dunia untuk perak diperkirakan akan meningkat hingga kisaran 1,2 miliar ons.

Ini diuatuhkan lagi oleh jurnal Resources Policy (Elsevier, 2022) yang menggarisbawahi bahwa perak saat ini tidak cuma termasuk golongan logam berharga, melainkan juga logam dari masa depan untuk mendorong perkembangan industri dan teknologi.

Pada situasi dengan banyak ketidakinan semacam itu, perak masih merupakan alternatif yang patut dipikirkan untuk memperluas portofolio, khususnya mengingat harga perak yang lebih murah daripada emas namun menawarkan prospek pertumbuhan yang signifikan.

Dalam jangka waktu singkat (1-2 tahun), perak dapat dianggap sebagai investasi spekulatif dikarenakan fluktuasi harganya yang cukup besar.

Akan tetapi, dalam jangka waktu sedari 3 sampai 10 tahun ke depan, perak dianggap sebagai investasi yang lebih stabil dan strategis, terutama untuk para pemodal yang berkeinginan melindungi nilai kekayaannya dari dampak inflasi atau ketidaktentuan pada skala ekonomi global.

Dengan kata lain, meski situasi ekonomi Indonesia dan global sedang tidak menentu, logam perak tetap menawarkan nilai perlindungan dan peluang pertumbuhan.

"Sebagai individu, kita harus teliti dan dapat memahami tren pasar; perak tetap merupakan pilihan investasi yang worth untuk diperhitungkan meski ada kemungkinan melambatnya ekonomi," demikian katanya. (mar7/jpnn)

Penulis blog

Tidak ada komentar