Beranda
NEWS
Perjuangan Irene, Siswi Sekolah Rakyat di Pulau Timor Membantu Ibu Menjual Tenun dan Gorengan
Redaksi
Juli 15, 2025

Perjuangan Irene, Siswi Sekolah Rakyat di Pulau Timor Membantu Ibu Menjual Tenun dan Gorengan

NOIS.CO.ID- Program Sekolah Rakyat yang digagas Presiden Prabowo Subianto sedang digalakkan di berbagai wilayah Indonesia menjelang pembukaannya pertama kali pada tahun ajaran 2025/2026.

Termasuk di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. Irene Patrisia adalah warga Desa Oemasi, Nekamese, Kabupaten Kupang. Jaraknya satu jam dari Oelamasi, Ibu Kota Kabupaten Kupang.

Irene berusia 13 tahun. Anak termuda dari empat bersaudara ini terbiasa hidup mandiri tanpa kehadiran ayahnya.

Ibunya, Sisilia Taneno bekerja sebagai penenun kain tradisional. Sudah 14 tahun Sisilia menggeluti pekerjaan itu sejak suaminya pergi meninggalkan ia dan keluarga.

Jualan kain tenun hingga gorengan

Setelah pulang sekolah, Irene selalu duduk di samping ibunya untuk membantu meluruskan benang, menggulung gulungan kecil, atau menahan alat tenun kayu agar tetap seimbang.

Irene mengakui sejak kelas 3 SD terbiasa membantu ibunya dan merapikan rumah dengan senang hati.

"Betapa biasa bantu mama agar mama tidak terlalu lelah," kata Irene dalam bahasa daerahnya, yang artinya saya biasa membantu agar mama tidak terlalu lelah, dilansir Antaranews, Senin (14/7/2025).

Bukan hanya itu, Irene terpikirkan ide berjualan gorengan di sekitar rumah. Saat ibunya masih sibuk menenun, Irene membuat adonan tepung untuk menggoreng makao (bakwan yang dicetak bulat), tempe, dan pisang.

Setiap sore Irene dan adik ketiganya, Tiko membawa puluhan gorengan yang dijajakan dengan berkeliling desa. Harga satu potongnya Rp 1.000.

Mereka bisa membawa pulang hasil penjualan sebesar Rp 50.000 hingga Rp 70.000 per hari. Uang itu digunakan untuk membeli beras, sabun, bahkan bisa membantu membayar iuran bulanan sekolah Irene di Sekolah Dasar Katolik St Yoseph Kuaputu dan dua saudara kandungnya yang duduk di bangku SMA.

Sementara untuk menghasilkan satu kain tenun polos Sisilia membutuhkan waktu empat hari dan jika dijual harganya Rp 12.500 sampai Rp 15.000 per helai.

Sementara kain tenun dengan motif sotis dapat dijual seharga Rp 800.000 per helai, tetapi memakan waktu sebulan penuh.

"Tenun sotis baru dibuat, tunggu ada yang memesan. Saya bisa membuat banyak motif. Tapi pesanan itu sudah sangat jarang, kalau ada paling hanya satu atau dua dalam setahun," kata Sisilia dengan aksen khasnya.

Karya-karya Sisila ini telah membawa putri sulungnya hingga kuliah di sebuah universitas di Kota Kupang hingga mendapatkan beasiswa penuh dari program Kartu Indonesia Pintar (KIP).

Kini Irene terpilih menjadi salah satu murid Sekolah Rakyat Kupang jenjang SMP setelah melalui tahapan penyaringan ketat pada medio April-Juni.

Sekolah Rakyat mengurangi beban keluarga

Pada Jumat, 11 Juli 2025 lalu, Irene harus berpisah dengan ibu dan saudara-saudaranya karena akan tinggal di asrama Sekolah Rakyat dan kegiatan belajar akan dimulai pada 14 Juli.

Ibu Sisil terus memandang putrinya yang tertawa riang bersama teman-temannya di dalam bis milik Kementerian Sosial sampai mereka benar-benar pergi menjauh. Sekolah Rakyat Kupang memanfaatkan bangunan milik Sentra Efata di Naibonat, Kabupaten Kupang.

Bagi Sisilia, Sekolah Rakyat tidak hanya meringankan bebannya, tetapi menjadi rezeki yang tak terhingga karena anaknya akan aman selama berada dalam asuhan negara, dan memiliki masa depan yang cerah.

Irene bermimpi menjadi seorang biarawati untuk mengabdikan diri dan melayani umat Kristiani. Mimpi itu tumbuh setelah ia melihat langsung para suster dari Spanyol yang datang ke sekolahnya beberapa tahun lalu. Menurutnya, para suster itu tulus melayani jemaat gereja dan bicaranya anggun di depan banyak orang.

"Saya suka pelajaran agama dan bahasa Indonesia, agar bisa berbicara baik seperti para biarawati itu," kata Irene yang malu-malu sambil menutupi wajahnya.

Selain faktor ekonomi, sifat Irene yang rajin membantu ibunya inilah yang membuatnya dikenal oleh petugas pendamping dari Sentra Efata, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Sosial sekaligus bagian penyelenggara Sekolah Rakyat Berasrama Kabupaten Kupang.

Sekolah Rakyat Kupang ditujukan bagi anak-anak dari keluarga dengan tingkat ekonomi dasar (desil 1–4) tanpa biaya. Irene berharap ibunya selalu sehat agar sesekali bisa menjenguknya di asrama.

Penulis blog

Tidak ada komentar