
JAKARTA, NOIS.CO.ID- Mantan calon presiden Pemilu 2024, Anies Baswedan, kembali muncul ke publik saat menghadiri Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) I Gerakan Rakyat, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (13/7/2025).
Meskipun tidak menjabat posisi apa pun dalam organisasi ini, Anies dianggap sebagai tokoh inspiratif dan disambut hangat oleh para peserta.
Pada kesempatan itu, mantan Gubernur DKI Jakarta ini menyampaikan sejumlah pandangan penting, mulai dari penulisan ulang sejarah nasional hingga kritik terhadap ketidakhadiran Presiden RI dalam forum global dan kekhawatiran terhadap kemunduran demokrasi.
Pengulangan sejarah
Anies merespons rencana pemerintah untuk memperbarui narasi sejarah nasional.
Ia menekankan bahwa penulisan ulang sejarah harus jujur, lengkap, dan objektif, tanpa mengurangi atau menambah fakta.
"Objektivitas, kelengkapan terhadap semua peristiwa yang terjadi. Setiap bangsa memiliki masa kejayaan, ada prestasi yang dibanggakan, ada masalah yang harus diperbaiki," kata Anies saat diwawancarai di lokasi acara Rapimnas I Gerakan Rakyat.
"Dan semuanya adalah bagian dari sejarah. Karena itu semua menjadi pelajaran. Karena itulah penting untuk tidak mengurangi dan juga tidak menambah, tetapi menyajikan apa adanya, sehingga sejarah menjadi pelajaran," tambah mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.
Menurut Anies, keberhasilan dan kekurangan bangsa harus dicatat secara utuh untuk memberikan pelajaran pada generasi mendatang.
Saat berpidato, Anies menyoroti bahwa Presiden RI telah bertahun-tahun absen dari Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang kini selalu diwakili oleh Menteri Luar Negeri.
"Bapak ibu sekalian, bertahun-tahun Indonesia absen di pertemuan PBB. Kepala negara tidak muncul. Selalu Menteri Luar Negeri," kata Anies.
Ia menilai, sikap pasif di dunia internasional dapat merugikan posisi strategis Indonesia sebagai negara besar di kawasan Asia Tenggara dan dunia.
"Jika kita tidak aktif di dunia internasional, itu seperti ini. Kita warga kampung. Ukuran kampungnya adalah yang terbesar keempat. Ukuran rumahnya adalah yang terbesar keempat di RT itu. Tapi, jika ada rapat kampung kita tidak pernah datang. Hanya kita terus membayar iuran jalan," kata dia.
Padahal, Anies menegaskan bahwa Indonesia memiliki posisi strategis di Asia Tenggara yang relatif stabil dibandingkan kawasan Asia Timur dan Selatan yang sering diwarnai ketegangan geopolitik.
"Di Timur ada Tiongkok terbesar, Jepang, Korea Selatan, Korea Utara, Taiwan, ini semua wilayah yang suasana tegang, bukan yang suasana tenang. Tak terbayangkan utara dan selatan. Antara Korea Selatan dan Utara tegang. Antara Tiongkok dengan Jepang, tegang," katanya.
Karena itu, menurutnya, Indonesia memiliki peran besar dalam menjaga ketenangan di kawasan.
Kemunduran demokrasi
Anies juga menyoroti tren kemunduran demokrasi yang terjadi di sejumlah negara dan mengingatkan pentingnya menjaga kualitas demokrasi di Indonesia.
Ia mempertanyakan, apakah bangsa Indonesia bersedia membiarkan kemunduran demokrasi juga terjadi di Tanah Air.
"Hari ini kita menyaksikan banyak tempat di dunia mengalami kemunduran dalam praktik demokrasi. Apakah kita akan membiarkan Indonesia mengalami kemunduran demokrasi? Apakah kita akan membiarkannya?" kata Anies, dalam pidatonya.
Menurutnya, demokrasi memiliki peran penting dalam memastikan kebijakan negara tetap sejalan dengan aspirasi rakyat.
Demokrasi, lanjut Anies, memberi ruang koreksi melalui mekanisme periodik, seperti pemilu dan masa jabatan.
"Tanpa demokrasi, tidak ada masa jabatan. Jika salah, maka dia akan salah dalam jangka waktu yang sangat panjang. Ini membuat setiap bangsa mengambil keputusan apa pun, dia tahu ini untuk periode tertentu. Jika ternyata tidak tepat, besoknya bisa dilakukan perubahan," kata dia.
Terakhir, menurut Anies, kualitas demokrasi serta penyelesaian masalah domestik seperti HAM dan lingkungan menjadi prasyarat agar Indonesia dapat tampil lebih kredibel di dunia internasional.
Tidak ada komentar