Beranda
asia
business
culture
indonesia
workers
Inspiratif! 7 Strategi Orang Jepang Menghadapi Dunia Kerja dengan Tenang dan Produktif: Pelajari Sekarang!
Redaksi
Mei 11, 2025

Inspiratif! 7 Strategi Orang Jepang Menghadapi Dunia Kerja dengan Tenang dan Produktif: Pelajari Sekarang!

NOIS.CO.ID -- - Telah dikenali luas bahawa Jepun merupakan salah sebuah negara di Asia yang tersohor dengan kadar kepatuhannya dalam pelbagai aspek, termasuk juga bidang pekerjaan.

Apakah berperan sebagai pekerja atau pemilik bisnis, kedua belah pihak menunjukkan ketelitian serta tanggung jawab dalam melaksanakan hak dan kewajibannya. Karenanya, Jepang layak dijadikan teladan supaya kita dapat maju terlebih di bidang profesionalisme.

Berikut ini informasi yang dikutip dari situs Killer Startups pada hari Kamis (08/05). Berikut tujuh metode orang-orang asli Jepang dapat maju tanpa mengalami kelelahan berlebih, termasuk sebagai berikut:

1. Mereka memegangi "ikigai" sebagai pedoman utama mereka.

Ikigai berfokus pada pengenalan dan pemeliharaan titik temu antara hal-hal yang disukai, dikuasai, serta kebutuhan dunia. Banyak warga negara Jepang menjadikan konsep ini penting, meskipun mungkin tanpa menyebutnya dengan nama Ikigai secara eksplisit.

Hal ini terwujud dengan mengintegrasikan dedikasi ke dalam minat pribadi, berkontribusi sebagai relawan di lingkungan setempat, atau merumuskan makna lebih jauh dari profesi yang dilakukan bukan hanya untuk upah. Konsep Ikigai memberi pemahaman yang tajam tentang aspek-aspek harian hidup seseorang.

2. Mereka menggantungkan diri pada kepemilikan oleh grup serta dukungan dari masyarakat sekitar

Perasaan persaudaraan serta kesadaran kepemilikan yang mendalam kerap diakui sebagai penyebab dari kesejahteraan dan ketahanan masyarakat mereka yang luar biasa. Konsep universal ini bukan hanya berlaku untuk Okinawa saja. Sehingga sepanjang Jepang, hubungan sosial dapat sangat erat.

Bayangkan betapa seringnya rekan kerja bernaung bersama di luar jam kerja atau seperti saat warga sekitar beramai-ramai merayakan sebuah perayaan. Hal tersebut bisa terlihat struktural dan resmi bagi pihak luar, namun bagi kebanyakan dari kita, hal itu menjadi titik kuat yang memberikan dukungan.

3. Mereka merasakan kedamaian di tengah rutinitas harian yang biasa.

Terdapat sensasi keteraturan dan ritus dalam rutinitas harian yang bisa merubuhkannya menjadi semacam kegiatan meditatif. Mengambil contoh hal simpel seperti menyeduh segelas teh matcha, tak sekadar melibatkan pencampuran serbuk dengan air hangat.

Terdapat proses terstruktur mulai dari memanaskan mangkuk, menuangkan teh secara teliti, hingga mengayaknya perlahan. Melihat kerawanan ini membawa kesadaran bersama bahwa dengan menekankan tiap tahapan, kita dapat sepenuhnya hadir di momen tersebut.

Jika Anda mentransformasikan pekerjaan sehari-hari menjadi ritual kecil, hal itu bisa membantu mengurangi kebingungan pikiran. Tidak perlu melaksanakan prosesi rumit layaknya upacara minum teh Jepang untuk mendapatkan manfaat tersebut; bahkan aktivitas sederhana seperti menyikat gigi dengan fokus total pun mampu memberikan ketenangan luar biasa.

4. Mereka berpindah ke alam terbuka untuk proses penyegaran.

Di Jepang terdapat istilah shinrin-yoku atau disebut juga sebagai mandi hutan. Praktik ini secara umum merujuk kepada kegiatan jalan-jalan santai dengan fokus tinggi di area hutan atau taman hijau. Konsepnya adalah menyatu dengan lingkungan sekitar, menghidupkan semua panca indera, serta menjauhi interaksi digital.

Banyak warga negara Jepang menghabiskan waktu mereka untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan alam, entah itu ekspedisi satu hari menuju kolam mata air hangat di dataran tinggi atau sekadar mendaki pada akhir pekan.

5. Mereka memastikan pola makannya selalu seimbang

Suatu pendekatan yang teratur dalam memilih makanan, biasanya mengutamakan sayur-sayuran, protein rendah lemak, serta hidangan fermentasi, turut mendukung kebaikan tubuh secara menyeluruh. Ukuran porsinya pun umumnya lebih sedikit di Jepang jika dibandingkan dengan banyak negara-negara Eropa Barat.

Sebagian orang turut menerapkan 'hara hachi bu', yaitu cara makannya hanya sampai merasa setahunya sekitar 80 persen. Mengonsumsi makanan secara sadar bisa mendukung pengendalian metabolisme tubuh serta mencegah kebiasaan ngemil berlebihan, hal ini nantinya akan mempengaruhi kadar energi dan mood seseorang.

6. Mereka sangat menikmati waktu istirahat termasuk tidur siang.

Salah satu hal yang mungkin mengagetkan bagi sebagian wisatawan ketika berkunjung ke Jepang adalah seringnya melihat orang-orang terkadang tertidur di dalam kereta atau bahkan di meja mereka. Praktik ini disebut inemuri dan berarti tidur sewaktu-waktu.

Inemuri biasanya dianggap bisa diterima apabila orang tersebut masih "siaga secara sosial," artinya mereka mampu ikut serta lagi dalam pembicaraan ketika dibutuhkan. Hal ini tidak melibatkan pendengaran penuh, namun lebih mirip dengan istirahat singkat yang direncanakan.

Istirahat singkat ini bisa berdampak besar pada produktivitas serta ketajaman pikiran. Fenomena dikenal sebagai inemuri mungkin tampak asing untuk sebagian orang, namun metode ini unik dan efeknya sangat mencolok.

7. Mereka mengagumi kesempurnaan yang tersembunyi di balik ketidaksempurnaan.

Pengajaran estetika Jepang tentang wabi-sabi membimbing kita untuk memuliakan kecantikan pada kesempurnaan yang kurang sempurna. Di tengah lingkungan sosial yang sering kali begitu kritis, konsep ini memberi perspektif alternatif; contohnya adalah cawan teh dengan cacat yang tetap dinikmati berkat jejak-jejak kerusakannya itu sendiri, atau bunga ceres sakura yang semakin dirayakan seiring singkatnya masa berkembarnya.

Konsep ini mengajak kita untuk melepas keterikatan pada ide sempurna. Kita kerap merasakan tekanan karena merasa wajib memegang kendali atas seluruh akhir dari suatu usaha. Namun, prinsip wabi-sabi menawarkan pandangan alternatif yaitu dengan menyambut segala aspek hidup sebagaimana adanya, termasuk kelemahan, serta mencari kedamaian di tengah penghargaan terhadap realitas tersebut.

Menurut situs Suka Jepang pada hari Kamis (08/05), walaupun negara dengan bunga cherry ini tidak kaya akan sumber daya alam, namun Jepang berhasil mengembangkan perekonomiannya menjadi sangat kuat berkat tingginya disiplin dan dedikasi dalam bekerja.

Ini menunjukkan bahwa meskipun kita tidak memiliki fasilitas dari orang tua atau apa pun, semua hal masih dapat berkembang lewat usaha keras, keuletan, serta dedikasi dalam mencapai tujuan dengan jalan yang benar tanpa harus merugikan diri sendiri ataupun pihak lainnya.

Penulis blog

Tidak ada komentar